Sunday, March 20, 2011

Review : TUESDAYS with MORRIE

"Begitu kita ingin tahu bagaimana kita akan mati, berarti kita sedang belajar tentang bagaimana kita harus hidup"

Kutipan diatas adalah ungkapan Profesor Morrie Schwartz, seorang mahaguru yang menutup matanya dengan tetap memberikan kontribusi yang luar biasa untuk setiap orang yang menyebutnya guru. Kontribusi terakhir ini disebutnya thesis terakhir.

Mitch Albom menyuguhkan sebuah pelajaran baru yang pernah diterimanya lewat seseorang yang disebutnya Couch. Morrie Schwartz adalah seorang profesor dari Brandeis University dikota Waltham, Massachusetts. Seseorang yang selalu mendambakan dunia sebagai sebuah tempat yang lebih baik, dia cinta damai dan dia mampu menciptakan budayanya sendiri di tengah budaya-budaya amerika yang menurutnya tidak sesuai dengan nuraninya.

Suatu hari, pada usia tuanya, dia divonis menderita amyotrophic lateral sclerosis (ASL), sebuah penyakit ganas, tak kenal ampun, yang menyerang sistem saraf. Ketika dia berjalan keluar dari rumah sakit bersama istrinya, Charlotte , dia melihat sekitarnya dan berpikir "Kenapa dunia tak ikut berhenti? Tak tahukah mereka guncangan yang baru saja kualami?". Dia beripikir apa yang harus diperbuatnya dan pada akhirnya dia menciptakan jawabannya dan menuntaskannya sebelum kematian menjemputnya. Ia ingin membuktikan bahwa kata "sekarat" tidak sinonim dengan "tidak berguna".

Morrie mengajarkan Mitch tentang Dunia. Tentang mengasihani diri sendiri. Penyesalan diri. Kematian. Keluarga. Emosi. Takut menjadi tua. Uang. Cinta yang tak padam. Perkawinan. Budaya. Maaf. Hari yang paling baik. Mitch terbang dari Detroit ke Massachusetts setiap selasa untuk menjenguk profesornya, mereka berdiskusi, walau terkadang Mitch harus menunggu beberapa lama karena Morrie sedang dalam kondisi yang semakin memburuk. Secara pribadi, ketika membaca, saya merasa sedang berdiskusi langsung dengan sang profesor karena penyampaian dalam tulisan yang begitu sederhana. Ini adalah thesis terakhir sang profesor.

Ketika ditanyakan oleh pembawa acara "Nightline" Ted Koppel mengenai hal apa yang ingin disampaikan Morrie kepada seluruh dunia, ia berkata : "Bangun semangat kasih. Dan bertanggung jawablah satu sama lain. Andaikata kita dapat menguasai pelajaran ini, yakinlah bahwa dunia akan menjadi tempat yang lebih baik" , ungkap Morrie.

Pernahkah Anda mempunyai seorang guru yang sejati?Orang yang melihat Anda sebagai batu berharga yang belum diolah, sebuah berlian yang kearifannya dapat digosok sampai berkilauan?Apabila Anda cukup beruntung dapat menemukan jalan menuju guru semacam itu, Anda akan selalu tahu jalan pulang.



--------------------------------------------------------
Judul    : Tuesdays with Morrie (Selasa bersama Morrie)
Penulis  : Mitch Albom
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit   : Oktober 2009
Tebal    : 209 hal
--------------------------------------------------------

Tuesday, March 15, 2011

Review : Quo Vadis???

Menurut referensi wikipedia, Quo Vadis adalah sebuah kalimat dalam bahasa latin yang jika diterjemahkan secara harafiah berarti : "Kemana Engkau Pergi?". Kalimat ini adalah terjemahan Latin dari petikan dari kitab Perjanjian Baru, Injil Yohanes, bab 16 ayat 5.
"tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorang pun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi?"
Seorang novelis asal Polandia Henryk Sienkiewicz mengangkat kalimat ini menjadi sebuah judul novel yang ditulis hampir seabad yang lalu dan membawanya menjadi peraih hadiah nobel sastra.

Novel ini mengetengahkan kehidupan bangsa romawi sekitar 34 tahun setelah Yesus dibawah kepemimpinan Caesar Nero, seorang maharaja yang kejam, haus darah, sinting, dan sangat berkuasa. Kehidupan bangsa romawi saat itu diselimuti oleh pesta pora dan kecabulan dan mereka menyembah bermacam-macam dewa.

Kisah diawali dengan memperkenalkan seorang bangsawan Petronius yang adalah seorang pecinta keindahan yang membuatnya menjadi orang kepercayaan Nero. Suatu hari, keponakannya Marcus Vinicius datang kepadanya dan mengatakan bahwa ia telah jatuh cinta kepada seorang gadis yang bernama Lygia. Petronius dan Vinicius mengunjungi keluarga Lygia dan mendapati sebuah suasana kehidupan yang sangat berbeda dengan kehidupan masyarakat Roma pada waktu itu. Lygia adalah perempuan barbar yang juga merupakan pengikut Kristus. Petronius dan Vinicus kemudian menyusun rencana untuk mengambil Lygia dari keluarganya, rencana ini melibatkan Nero karena Lygia adalah tawanan yang dipercayakan kepada Pemerintah Roma. Pada saat Lygia memasuki kehidupan istana, dia mendapati kehidupan kecabulan dan pesta pora yang tidak disukainya, sehingga dia merencanakan untuk melarikan diri dari istana.

Kepergian Lygia membuat Vinicius geram dan melakukan berbagai usaha untuk menemukan gadisnya kembali. Usaha ini menuntunnya mengenal Rasul Petrus dan Rasul Paulus serta membawanya memasuki kehidupan umat Kristiani yang membuatnya tercengang dan bertanya-tanya.

Suatu hari Caesar berhasrat untuk membuat sajak yang menandingi Iliad-nya Homerus. “Namun aku belum pernah melihat kota terbakar,” keluhnya. Mendengar hal itu, Tigellinus salah seorang bawahan Nero yang licik mengatur agar seluruh kota Roma dibakar. Roma benar-benar berubah menjadi sebuah lautan api yang ganas. Caesar membutuhkan orang lain yang akan dijadikan tumbal untuk menanggung kegilaannya itu. Akhirnya dikabarkan berita bahwa orang-orang Kristen-lah yang membakar kota Roma. Pembantaian terhadap orang Kristen secara besar-besaran mulai dilakukan dan semuanya ditampilkan dalam bentuk "pertunjukan" yang sadis dan banjir darah pun di mulai.

Banyak hal dari novel ini yang sangat mengaggumkan, diantaranya adalah proses yang mengubah Vinicius menjadi seorang pengikut Kristus yang setia, bahkan disaat dia tidak bisa menyelamatkan perempuan yang dicintainya dari kejahatan Nero, dia tetap memelihara pengharapan bahwa Kristus akan menolongnya. Setiap umat Kristus yang mati dalam pembantaian itu, mati dengan menengadahkan kepala mereka ke langit dan menyuarakan lagu-lagu pujian yang tiada hentinya menjelang ajal mereka. Pertobatan seorang penghianat chilo yang akhirnya menerima Kristus sebelum kematiannya. Dan pada akhirnya kota Roma berubah dari kota penuh maksiat menjadi kota dimana Tuhan menyatakan kemuliaanNya dan bukit Vatican, tempat dimana Petrus menerima hukuman menjadi saksi sejarah yang tidak terlupakan sepanjang masa.

Mengutip apa yang dituliskan oleh seorang teman saya (Melisa Mariani) di goodreads :
Dan bagi orang-orang yang meyakini yang sama dengan yang saya yakini, apabila kita bertanya “Quo Vadis, Domine?”, sesungguhnya Dia tidak kemana-mana. Tapi dibutuhkan iman yang besar untuk melihat itu.


----------------------------
Judul    : Quo Vadis?
Penulis  : Henryk Sienkiewicz
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit   : November 2009
Tebal    : 552 hal
----------------------------

Review : To Kill A Mocking Bird




Scout : Tidak Jem, kukira hanya ada satu jenis manusia.  Manusia.

Jem  :  Pikirku juga begitu. Kalau hanya ada satu jenis manusia, mengapa mereka tidak  bisa  rukun? Kalau mereka semua sama, mengapa mereka merepotkan diri untuk saling membenci?

To kill a mockingbird dikisahkan dengan sederhana melalui sudut pandang gadis berusia delapan tahun yang hidup dilingkungan Maycomb County wilayah Alabama, Jean louis “Scout” finch. Scout hidup bersama kakaknya Jeremy “Jem” finch dan ayahnya Atticus Finch yang adalah seorang pengacara di wilayah itu. Bagian awal novel ini menceritakan kehidupan anak-anak Scout, Jem dan Dill yang suka melakukan hal-hal yang mencemaskan ayahnya. Mereka mempunyai tetangga, keluarga Radley, yang tidak pernah keluar rumah selama bertahun-tahun. Kebiasaan keluarga Radley ini memunculkan banyak prasangka dari lingkungan maycomb, termasuk dari Scout, Jem dan Dill. Suatu hari, munculah sebuah ide untuk memancing Boo Radley, salah seorang anggota keluarga Radley untuk keluar dari rumah. Mereka menggunakan macam-macam cara untuk menarik perhatian Boo Radley, namun setiap kali mereka mencoba, mereka tidak pernah mendapatkan jawaban yang mereka inginkan, sebaliknya mereka semakin dibingungkan dengan berbagai hal tidak terduga yang terjadi.

Chapter-chapter awal dari novel ini menegaskan berbagai macam karakter tokoh didalamnya. Harper Lee menyampaikannya dengan cermat lewat berbagai keterlibatan Scout dengan para tetangganya. Selain itu, novel ini menggambarkan tingkatan penghargaan martabat seseorang di lingkungan itu, mulai dari keluarga Finch yang dianggap merupakan keluarga terhormat dan terpelajar sampai warga kulit hitam yang selalu menjadi budak dan dianggap rendah. Penghargaan terhadap kesetaraan ras? Hal itu tidak akan ditemukan dikehidupan masyarakat maycomb pada masa itu. Namun, disuatu sudut tertentu, Harper Lee mengingatkan pembacanya  mengenai kesalahan persepsi itu lewat kacamata Atticus Finch yang selalu memandang bahwa setiap orang harus diperlakukan dengan cara yang sama. 

Suatu hari, Atticus Finch diminta untuk menjadi pengacara pembela Tom Robinson, seorang kulit hitam yang dituduh memperkosa seorang gadis kulit putih. Atticus Finch membela Tom robinson tanpa memandang perbedaan ras diantara mereka, sehingga berbagai kecaman pun datang, dan Scout serta Jem turut merasakan perubahan yang tiba-tiba ini. Menjawab berbagai kecaman yang diarahkan pada mereka, Atticus Finch hanya berkata :

"Tetapi sebelum aku mampu hidup bersama orang lain, aku harus hidup dengan diriku sendiri. Satu hal yang tidak tunduk pada mayoritas adalah nurani seseorang"

Jawaban diatas termasuk salah satu statement Atticus Finch yang menggambarkan kebijaksanaan yang dimilikinya, seorang pengacara yang hampir tidak pernah lepas kontrol dan terus mengajarkan anak-anaknya cara untuk hidup menjadi pria dan wanita terhormat.

Buku ini akan sangat bermanfaat melintasi usia dan mendidik setiap pembacanya dengan berbagai cara hidup yang luar biasa. Pada akhirnya, apa yang disebut prasangka itu adalah sia-sia. 

Kau boleh menembak burung bluejay sebanyak yang kau mau, tetapi ingat, membunuh mocking bird - itu dosa.

Kenapa itu dosa? Silahkan temukan jawabannya didalam 533 halamannya (Terbitan Qanita: versi gold edition)


-------------------------------------
Judul   : To Kill A Mockingbird
Penulis : Harper Lee
Penerbit: Qanita
Terbit  : Oktober 2010 (Gold Edition)
Tebal   : 536 hal
-------------------------------------