Tuesday, May 31, 2011

[Review] Wuthering Heights


Kau berkata aku membunuhmu – hantui aku kalau begitu! Orang yang dibunuh memang menghantui pembunuh mereka. Aku percaya – aku tahu hantu pernah gentayangan di bumi ini. Bersamalah denganku selalu – ambilah bentuk apa saja – buat aku gila! Tapi jangan tinggalkan aku dalam jurang ini, di mana aku tak bisa menemukanmu! Oh Tuhan! Sakitnya tak terkatakan! Aku tak bisa hidup tanpa hidupku! Aku tak bisa hidup tanpa jiwaku!”

Don't judge a book by it's cover.....coba kita pasangkan pernyataan itu secara harafiah ke cover buku ini. Apa yang anda lihat? Seorang pria yang sedang memeluk wanitanya dengan latarbelakang sebuah pohon yang gersang "tak berdaun", terkesan menghitam dan mati? Apakah anda melihat hal yang sama dengan saya? Apakah isi buku ini benar-benar serupa dengan covernya? ini sedikit hal yang saya bisa saya bagikan. Membaca kisah ini selama empat hari benar-benar mempengaruhi saya. Kisah yang sangat membekas.

Wuthering Heights adalah sebutan untuk rumah kediaman keluarga Earnshaw di dalam novel ini. Menurut Wikipedia, Wuthering merupakan kosakata dari daerah Yorkshire yang berarti cuaca yang bergolak. Sama seperti asal katanya, kisah di Wuthering Heights juga membuat emosi saya bergolak hebat. Ini adalah cerita tentang cinta, kebencian, kesedihan dan kematian. Cerita ini bermula dari keluarga Earnshaw. Keluarga ini memiliki dua orang anak, Hindley dan Catherine. Suatu hari, sepulang dari perjalanannya, Mr. Earnshaw membawa seorang anak laki-laki yatim piatu yang sangat kotor, compang-camping dan berambut hitam. Ia bernama Heathcliff. Heatcliff segera menjadi anak favorit bagi Mr.Earnshaw, ia bersahabat dengan Catherine, sedangkan Hindley sangat membencinya. Perlakuan Mr.Earnshaw terhadap Heathcliff membuat Hindley membenci mereka semua. Ayahnya mengirim Hindley untuk melanjutkan sekolah. Mr. Earnshaw memberikan harga diri kepada Heathcliff yang malang dan mengajarinya. Namun, ketika Mr. Earnshaw meninggal dunia, Hindley kembali kerumah bersama istrinya dan mulai menindas Heathcliff. Heathcliff dan Catherine menjadi pemberontak melawan Hindley.

Suatu hari, ketika Heathcliff dan Catherine sedang jalan-jalan di sekitar Thrushcross Grange, kediaman keluarga Linton, Catherine terluka. Keluarga Linton menolong dan merawatnya, namun mereka mengusir Heathcliff. Catherine tinggal beberapa minggu di Thrushcross Grange, ia berkenalan dengan putra-putri keluarga Linton, Edgar dan Isabela. Sekembalinya dari Thrushcross Grange, ia menjadi seorang gadis yang berbeda : lebih lembut dan anggun. Catherine melanjutkan hubungannya dengan Edgar dan Isabella. Ketika Edgar melamarnya, ia berkata “Ya” dan mengorbankan perasaan Heathcliff padanya. Ia mencintai Heathcliff dengan sepenuh jiwa, namun tidak memilihnya sebagai suami karena keadaanya.
Cintaku kepada Linton seperti dedaunan di hutan : waktu akan mengubahnya, aku sadar sekali itu, sebagaimana musim dingin mengubah pepohonan. Cintaku kepada Heathcliff menyerupai karang-karang abadi di bawah – sumber dari sedikit saja kesenangan yang terlihat, tetapi perlu. Nelly akulah Heathcliff. Dia selalu, selalu ada dalam pikiranku – bukan sebagai kesenangan, seperti aku tidak selalu menyenangkan bagi diriku sendiri, tetapi sebagai keberadaanku sendiri
Keputusannya menikahi Edgar terdengar oleh Heathcliff, ia marah dan menghilang selama tiga tahun. Selang tiga tahun, ia kembali, namun ia telah berubah. Tidak ada bekas kemelaratan yang terlihat didalam dirinya. Ia menjadi pria terdidik dan kaya. Catherine yang sejak menikah telah pindah mengikuti suaminya ke Thrushcross Grange sangat senang dengan kepulangan Heathcliff, ia meminta suaminya agar berteman dengan Heathcliff, meskipun ia tahu Edgar selalu membenci tabiat Heathcliff. Namun tidak membutuhkan waktu lama ketika Catherine sadar bahwa ia tidak bisa berteman dengan Heathcliff dan tetap menikah dengan Edgar. 

Heathcliff kembali dengan rencana balas dendam kepada Hindley dan Edgar yang sangat dibencinya. Namun ia juga kembali dengan cinta yang masih sama besarnya terhadap Catherine. Ia mencintai dan juga membenci. Peperangan terus berlangsung di dalam jiwa Heathcliff. Apakah dia sanggup mengatasinya? Akankah Catherine meninggalkan suaminya untuk belahan jiwanya? Bagaimana dengan setiap keturunan mereka? Anak-anak mereka? Akankah mereka hidup bahagia jauh dari perseteruan kelam orang tuanya? 

Saya tidak suka dengan aura negatif novel ini. Namun saya sangat kagum dengan kemampuan novel ini mengaduk emosi saya. Untuk saya pribadi, Emily Bronte sama suksesnya dengan Victor Hugo mengaduk emosi saya ketika saya membaca Les Miserables, tentu saja emosi yang berbeda. Membaca Wuthering Heights awalnya melelahkan, dimulai dan diakhiri dengan mengumpat, namun ketika saya mencoba menerima umpatan itu sebagai sesuatu yang “biasa” untuk beberapa tokoh didalamnya, maka yang tersisa adalah rasa ingin tahu yang besar akan nasib setiap tokoh di dalam cerita ini. Ini adalah sebuah karya sastra yang mengundang banyak kritik dan pujian. Kompleksitas setiap karakter digambarkan dengan sangat jelas dan memukau. Emily Bronte berhasil menyampaikan bagaimana seseorang diwaktu yang bersamaan mampu memiliki kapasitas mencintai dan membenci yang sebanding. Sejak lembaran pertama novel ini, suasananya sangat suram. Semburat kelam tergambar dengan jelas lewat karakter dan kata-kata yang dikeluarkan oleh setiap tokoh. Ketika sampai ke sebuah bagian yang menurut saya merupakan klimaks novel ini, saya merasa seakan ingin masuk ke dalam cerita dan membantu ketidakberdayaan beberapa tokoh didalamnya. Saya memberikan lima bintang untuk novel ini. Menurut saya, it was amazing in different ways. Manusia punya berbagai macam emosi, dan novel ini berhasil mengeluarkan bagian emosi saya yang jarang muncul ketika membaca kisah cinta lainnya. Ternyata sebuah novel mampu mengatakan banyak hal tentang perilaku manusia dan dunia disekitar kita. Novel ini bisa menjadi lebih kompleks daripada hanya menjadi sebuah bacaan. Bahkan novel ini telah menjadi sebuah bahan diskusi dalam membahas isu-isu yang lebih besar. Wuthering Heights membuat saya semakin menyukai literature. Wajar saja jika novel ini menjadi salah satu bacaan wajib untuk pelajar di Amerika. Namun sayangnya, cara penuturan novel ini membuat saya bingung. Perpindahan tokoh “aku” antara Ellen Dean dan Mr.Lockwood, kedua orang yang secara bergantian menuturkan kisah ini, terkadang membuat saya harus membaca ulang beberapa bagian untuk mengetahui siapa yang sedang bercerita.

Didalam novel ini, setiap orang memiliki kesulitan cinta. Catherine mencintai Heathcliff dan demikian sebaliknya, namun mereka harus terpisah. Edgar mencintai Catherine dan menikahinya, namun tidak pernah benar-benar mendapatkan cintanya. Hindley mencintai Francess istrinya, tapi ia meninggal diusia muda. Isabel mencintai Heathcliff, namun mendapat perlakuan yang tidak pantas atas cintanya. Semua orang di dalam novel ini, mencintai seseorang dan terluka oleh cinta itu. Kedua tema yang sama pun banyak sekali muncul didalam puisi-puisi yang diciptakan oleh Emily Bronte.



Emily Bronte related to Wuthering Heights:


Emily Jane Brontë lahir di Thornton, dekat Bradford di Yorkshire, 30 Juli 1818 dan meninggal 19 Desember 1848 pada usia 30 tahun. Ia adalah seorang novelis dan penyair Inggris. Ia dikenal atas novel satu-satunya Wuthering Heights. Dia menerbitkan buku ini dibawah nama penanya Ellis Bell.

Sebelum menulis novel ini, Emily bersama dengan kedua saudaranya, Charlotte dan Anne Brontë pernah mempublikasikan puisi-puisi mereka sekitar tahun 1846, namun karya tersebut hanya terjual dua copy. Kegagalan inilah yang memacu Brontë bersaudara untuk mulai menulis novel mereka masing-masing.

Emily Brontë adalah sosok yang penyendiri. Tidak banyak orang dari zamanya yang mengenal dia dengan baik, selain saudara-saudaranya dan dua orang temannya Ellen Nussey dan Amy Taylor. Ellen Nussey adalah orang yang merawat kakaknya, Charlotte Bronte, dan dialah yang diyakini telah menjadi inspirasi untuk tokoh Ellen Dean di dalam novel ini.

Mengenai latar belakang, ada beberapa dugaan mengenai asal inspirasi Wuthering Heights. Sehubungan dengan kehidupan Emily Bronte yang penyendiri, ia pernah belajar disebuah sekolah, Law Hill, dalam waktu singkat. Pada masa itu, ada seorang hamba yang bernama Earnshaw. Beberapa dugaan kemudian mengaitkannya dengan tokoh-tokoh keluarga Earnshaw di dalam novel ini. Kemudian dugaan lainnya menyebutkan bahwa cerita itu berasal dari kisah kakeknya, Hugh  Brunty, yang pernah dituturkan oleh ayah Emily ketika mereka masih kecil. Namun tidak ada yang tahu pasti dari mana Emily Bronte mendapatkan inspirasi untuk menulis novel ini, hanya ada beberapa cerita yang didengarnya yang kemungkinan diduga bisa menjadi sumber inspirasinya. Cerita-cerita itu bisa dilihat dibawah ini. 


Latar tempat Wuthering Heights sendiri menarik perhatian dan memunculkan banyak rasa ingin tahu. Emily pernah bekerja sebagai pengasuh pada tahun 1838 di sebuah bangunan bergaya gothic, High Sunderland Hall, dekat Halifax, Yorkshire Barat. Bangunan ini diduga menjadi inspirasi Wuthering Heights. Di bangunan tersebut terdapat hiasan berbentuk laki-laki telanjang mirip dengan gambaran yang dituturkan oleh Mr.Lockwood berikut :

sebelum melewati ambang pintu, aku berhenti untuk mengaggumi sejumlah ukiran menyeramkan yang menghiasi bagian depan dan terutama di sekitar pintu utama; di atasnya, di antara kerumunan bentuk monster yang runtuh dan bocah-bocah lelaki tak berbusana…” [hal 7]

source :



 ----------------------------------------------
Judul       : Wuthering Heights
Penulis    : Emily Bronte
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit      : April 2011
Tebal       : 488 hal
------------------------------------------------

Monday, May 30, 2011

Review : I am number four


Berawal dari nonton film, saya jadi penasaran dengan beberapa adegan. Rasa tidak puas terhadap adegan filmnya membuat saya ingin membaca kisah fantasi ini dan....yay ada seseorang yang memberikan buntelan buku ini jadilah saya duduk dan mulai membaca kisah alien tampan (pemeran utama filmnya) ini.


The walk among us……..kata-kata ini membuat saya berharap suatu hari nanti bisa bertemu dengan seseorang berkekuatan super di dunia nyata. Ini adalah buku pertama dari serial Lorien Legacies yang ditulis oleh Pittacus Lore. Dalam kisah fantasi ini, sang penulis sendiri memposisikan diri sebagai salah satu tetua planet Lorien yang telah menetap lama di bumi dan banyak membantu manusia. Planet Lorien adalah sebuah planet mirip bumi yang berada dalam sistem tata surya yang berbeda dengan bumi. Adalah sebuah ras mogadorian penghuni planet lain, mereka datang ke Lorien dan menghancurkan planet itu. Ditengah peperangan mempertahankan planet Lorien, para tetua berhasil menyelamatkan sembilan penerus Lorien yang masih sangat muda bersama penjaganya masing-masing. Sembilan anak ini disebut garde, mereka adalah anak-anak yang memiliki pusaka atau kekuatan spesial, sedangkan cepan adalah sebutan untuk para penjaga yang akan mengarahkan dan membantu mereka mempelajari pusaka masing-masing. Kesembilan garde beserta cepannya masing-masing berhasil dilarikan ke bumi. Mereka berbaur dan hidup dengan manusia. Ketika mereka meninggalkan Lorien, seorang tetua memantrai mereka : selama mereka terpisah, para mogadorian tidak bisa menyakiti mereka secara acak. Para mogadorian harus memburu mereka sesuai urutan satu sampai sembilan, namun jika mereka bersama, mantra itu akan patah. 

Suatu hari, disaat sedang berpesta dengan teman-temannya, Daniel Jones mendapatkan luka bakar dikaki kananya. Itu adalah luka yang ketiga. Ia tahu bahwa garde nomor satu sampai tiga telah mati dan ia adalah nomor empat, itu berarti ia adalah target berikutnya. Bersama Henri, sang cepan, mereka meninggalkan Florida, mengubur identitas Daniel Jones dan berganti identitas baru. Mereka telah melakukan hal ini berulang-ulang, namun kali ini mereka harus lebih waspada karena inilah saatnya para mogadorian memburu mereka. Daniel Jones berganti menjadi John Smith, Ia dan Henri menemukan kehidupan baru di Ohio. Ohio adalah kota kecil, sehingga hal sepele saja bisa menjadi perhatian masyarakat dan John tidak boleh menimbulkan perhatian berlebihan untuknya. Kapan saja para mogadorian bisa menemukan mereka jika John melakukan sesuatu yang tidak biasa. Ternyata usaha untuk jauh dari pusat perhatian sulit dilakukan, apalagi ketika John bertemu dengan seorang gadis yang disukainya. John merasa lebih hidup, Karena di Ohio ia menemukan seorang sahabat dan pujaan hatinya, namun ia juga tahu bahwa ia semakin membahayakan dirinya.  Eh…daripada saya keterusan spoiler, lebih baik anda membacanya sendiri ya. 


Saran saya : sebaiknya anda membaca buku ini sampai selesai sebelum menonton filmnya. Jangan mengikuti cara saya. Karena sudah menyaksikan film-nya, ketegangan di dalam buku tidak bisa saya nikmati seratus persen. Namun, jika anda sudah menonton dan belum membaca, eitss..jangan salah ya…ada beberapa adegan film yang sangat berbeda dengan kisah yang dituturkan Pittacus Lore dalam buku ini. Bahkan ada beberapa bagian, menurut saya, jika sutradara film mengikuti sesuai cerita asli, maka akan jauh lebih menegangkan. Banyak hal yang menjadi berbeda ketika dituangkan ke dalam skrip visualisasi. Saya sendiri lebih menyukai alur di buku ini. Ketika menonton film, saya tidak melihat proses John Smith belajar mengendalikan pusakanya atau bagaimana ia melihat citra mengenai planet asalnya. Dan saya menemukan itu di dalam buku ini. Biasanya saya suka mencatat typo yang saya temukan. Seingat saya ada beberapa kesalahan tata bahasa dan kosakata yang lolos dari perhatian editor atau pun proofreading, namun karena buru-buru ingin mengetahui kelanjutan kisahnya, saya jadi lupa mencatatnya. Buat mereka yang senang dengan fantasi, wajib membaca buku ini. Asalkan anda belum menonton film-nya, dijamin anda akan sangat tegang. Hohohoho. 

Buku ini ditulis oleh James Frey and Jobie Hughes dibawa nama samara Pittacus Lore. Selain menyajikan sebuah fantasi, beberapa bagian dalam buku ini, jika dicermati dengan baik, memperingatkan kita untuk menjaga alam sekitar. Mogadorian berasal dari planet yang telah rusak, mereka sendirilah yang merusak planet mereka dengan cara hidup yang tidak sehat. Planet Lorien juga sempat mengalami gejala kerusakan planet. Bangsa Lorien tidak membiarkan hal itu terjadi, mereka memulai cara hidup yang lebih sehat untuk mengembalikan kemurnian planet mereka dan mereka berhasil. Oke sampai disini…bacalah buku ini, selain menikmati action fantasinya, semoga para pembaca memahami hal-hal lain yang disampaikan oleh tetua Lorien ini.

---------------------------------
Judul      : I am number four
Penulis   : Pittacus Lore
Penerbit : Mizan Fantasi
Terbit     : Januari 2011
Tebal      : 500 hal
----------------------------------
 

Wednesday, May 18, 2011

Review : Treasure Island

Apa yang menyenangkan dari sebuah perburuan harta karun? Seperti apa kegembiraan yang dirasakan oleh mereka yang setelah sekian lama terapung-apung di lautan dan pada akhirnya melihat daratan?



Jim Hawkins tinggal bersama kedua orang tuanya. Ia berusia 17 tahun dan Ia membantu ayahnya mengelola penginapan yang dinamakan Admiral Benbow. Suatu hari, seorang pelaut tua yang berkaki pincang memasuki penginapan itu. Ia bertubuh tinggi, besar dan kuat dengan sebuah bekas luka disalah satu pipinya. Pelaut itu dikenal dengan nama Kapten Billy Bones dan ketika masuk ke Admiral Benbow, Ia membawa sebuah peti pelaut bersamanya. Jim takut padanya, terlebih pada cerita-ceritanya tentang orang yang digantung, badai di laut, bahkan tentang tempat-tempat liar di dataran spanyol.

Disuatu pagi dibulan januari, seorang pria bertubuh kumal dengan dua jari yang hilang mengunjungi Admiral Benbow. Pria itu bernama Black Dog, ia datang untuk mencari Kapten Bones. Sang Kapten sangat terkejut dengan kedatangan Black Dog dan mereka bertengkar. Jim memperhatikan Kapten Bones sangat marah, sedangkan Black Dog meninggalkan Admiral Benbow dengan sedikit berlari. Tidak lama sejak kedatangan Black Dog, Admiral Benbow kembali kedatangan seorang buta yang juga mencari Kapten Bones. Ketika mereka bertemu, pertengkaran kembali terjadi dan ketika si buta meninggalkan penginapan, Kapten Bones jatuh dan meninggal terserang stroke.

Setelah kematian sang Kapten, Jim dan Ibunya membuka peti pelautnya dan menemukan beberapa keping uang dan selembar peta harta karun. Peta inilah yang membawa Jim bersama beberapa orang temannya, seorang dokter, hakim dan mantan kapten kapal memutuskan untuk berlayar mencari pulau harta karun tersebut. Jim sangat bersemangat karena inilah perjalanan pertamanya mengarungi lautan, namun ternyata perjalanan itu tidak semulus yang ia bayangkan. Suatu hari, di atas kapal Jim tertidur di dalam sebuah tong. Ia terbangun ketika mendengar beberapa orang sedang berbicara di dekatnya. Orang-orang ini tidak menyadari keberadaan Jim di dekat mereka, namun Jim bisa mendengar dengan sangat jelas apa yang sedang mereka bicarakan dan betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa orang-orang itu sedang merencanakan pemberontakan. Mereka berencana membunuh Jim dan seisi kapal yang lain agar bisa memiliki harta karun tersebut. Jim baru saja mengetahui rencana jahat dari beberapa orang yang sudah dianggapnya teman, namun ia tak sanggup bergerak, ia takut jika keberadaannya akan diketahui, apalagi ketika seorang dari mereka berkata ingin mengambil sesuatu dari dalam tong itu. Apakah Jim akan segera tertangkap?Dan siapakah orang-orang pengkhianat itu?

Kisah klasik yang ditulis oleh Robert Louis Stevenson ini mengangkat topik kehidupan bajak laut dan aktivitas perburuan harta karun yang marak dilakukan oleh kelompok bajak laut. Kisah yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1883 ini membawa nilai-nilai moral yang tidak akan pernah usang dimakan waktu. Penuturan dibuku ini disampaikan secara bergantian oleh Jim Hawkins dan Dr. Livesey, namun perpindahan sudut pandangnya sangat mulus, karena disetiap bab diberikan keterangan yang jelas ketika tokoh “aku” berganti ke orang lain. Ada beberapa kesalahan cetak yang cukup mengganggu kenikmatan membaca, namun rasa penasaran akan nasib Jim dan kawan-kawan mampu mengalihkan perhatian saya.


-------------------------------------------
Judul       : Treasure Island
Penulis     : Robert Louis Stevenson
Penerbit   : Atria
Terbit       : April 2011
Tebal        : 352 hal
-------------------------------------------


Friday, May 6, 2011

Review : For One More Day (Satu Hari Bersamamu)


"The most important thing a father can do for his children is to love their mother - Unknown"

Saya suka sekali dengan quote diatas, entahlah siapa yang menciptakan itu. Ketika seorang suami tidak lagi mencintai ibu dari anak-anaknya, maka anak-anaklah yang akan merasakan semua dampaknya. Apa jadinya ketika seorang anak diperhadapkan pada pilihan “Kau bisa jadi anak mama atau anak papa. Tapi tidak keduanya”. Hal itulah yang sejak awal dirasakan oleh Charles “Chick” Benetto”. Ayahnya berkata padanya “anak mama atau anak papa, Chick?Apa pilihanmu?” [hal 234]. Dibanding anak perempuan, anak laki-laki lebih senang meniru ayahnya.  Suatu penelitian mengungkapkan bahwa para ayah perlu berinteraksi dengan anak sedikitnya 2 jam sehari dan 6 ½ jam di akhir minggu. Namun kebutuhan anak laki-laki untuk berinteraksi dengan ayah, dua kali melebihi kebutuhan anak perempuan. Dan seperti bisa ditebak, hari disaat pertanyaan itu muncul, Chick pun memilih menjadi anak papa.

Bisbol adalah hal pertama yang kemudian disukai Chick dengan alasan karena ayahnya pun menyukai bisbol. Chick benar-benar menjadi anak papa. Dia mulai bernaung dibawah rencana-rencana ayahnya. Tepatnya rencana untuk menjadi seorang pemain bisbol professional. Sementara sang ibu memiliki harapan yang berbeda. Ia mengharapkan Chick memperhatikan pendidikannya, buku, sekolah dan kemudian semua pintu akan terbuka. Menurut sang ibu, bisbol  hanya sebentuk udara segar untuk Chick. Namun seperti pilihan awal Chick, dalam hal ini pun dia mengecewakan ibunya, bahkan dia meninggalkan bangku universitas untuk bergabung didalam sebuah klub, tentu saja dengan hasutan sang ayah yang bahkan telah meninggalkan mereka. Menurut Chick, masalah universitas bisa ditunda, suatu hari pun dia bisa kembali lagi berkuliah. 
Kembali menjalani yang pernah kau tinggalkan itu lebih sulit daripada yang kau kira” [hal 163]

Bisbol pun pada akhirnya menjadi satu-satunya hal yang membuatnya dapat berkomunikasi dengan sang ayah. Tidak ada bisbol, maka ayahnya akan menghilang dari kehidupannya. Suatu hari, Chick meninggalkan acara ulang tahun ibunya dengan berbohong untuk kembali bermain bisbol. Itulah hari terakhirnya bertemu dengan sang ibu. Ibunya meninggal keesokan harinya dan hari itu menjadi titik balik kehidupan Chick. Ia tenggelam. Ia kehilangan kendali hidupnya. Ia bahkan kehilangan keluarganya.
“…setiap kali kau memandang Ibumu, kau sedang menatap kasih sayang paling murni yang pernah kau kenal” [hal 218]
Ketika kau memiliki seorang ibu, maka kau akan selalu tahu bahwa ada seseorang yang akan selalu mendukungmu. Itulah hakekat seorang ibu. Seperti yang dikatakan oleh Joseph Stefano: “A boy's best friend is his mother”. Mungkin hal itulah yang disadari oleh Chick ketika kehilangan sang ibu, dan ditengah perasaan bersalahnya Ibunya kembali kepadanya, mereka punya waktu satu hari bersama.

Seperti cara penulisan Mitch Albom pada ketiga buku yang telah saya baca sebelum buku ini, setiap bagian tertata dengan baik. Meskipun menggunakan alur campuran, namun sangat mudah untuk dipahami. Bahkan didalam buku ini juga disertakan surat-surat dari sang Ibu untuk Chick. Setiap bagiannya memiliki keterkaitan yang dirangkai dengan sempurna. 


Ketika membaca ini, saya bisa melihat seorang ibu yang terdiam ketika seorang anak berkata “kau merusak hidupku”. Yah..betapa menyakitkan kata-kata itu ketika keluar dari mulut seorang anak dan ditujukan kepada ibunya sendiri. Saya sedih.

Untuk setiap anak, anda perlu membaca buku ini untuk lebih menghargai kehadiran seorang ibu dan membantu anda memahami bahwa segala sesuatu yang dilakukannya untukmu cuma punya satu tujuan, agar kau bahagia. Untuk seorang suami, anda perlu membaca buku ini untuk mengetahui bahwa anda punya potensi yang sangat besar untuk menghilangkan keseimbangan hidup sebuah keluarga dan merenggut masa depan seorang anak. Untuk seorang ibu, anda perlu membaca buku ini untuk mengetahui bahwa apapun yang terjadi, anda harus tetap kuat karena anak-anak sangat membutuhkan dukungan anda.

----------------------------------------------------------
Judul      : For One More Day (Satu Hari Bersamamu)
Penulis    : Mitch Albom
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit     : April 2008 (Cetakan II)
Tebal      : 248 hal
-----------------------------------------------------------

Thursday, May 5, 2011

Review : Hansel dan Gretel


Ternyata semua dongeng kesukaanku semasa kecil terangkum didalam buku ini. Jika harus membandingkannya dengan gadis korek api, maka saya lebih menyukai dongeng-dongeng yang telah dikumpulkan oleh Grimm Bersaudara ini. Ada beberapa kisah yang masih membekas sejak masa kanak-kanak ataupun remaja, namun juga meninggalkan bentuk yang beragam. Salah satu contoh adalah dongeng tentang rapunzel yang filmnya belum lama ini beredar kembali. Didalam dongeng yang tertulis di buku ini, disebutkan bahwa si penyihir yang memotong rambut rapunzel karena marah kepadanya, namun pada cerita rapunzel yang pernah difilm-kan, dijelaskan bahwa rapunzel sendirilah yang memotong rambutnya, sebaliknya si penyihir tidak ingin rambut itu dipotong, jika rambut rapunzel dipotong maka si penyihir akan kehilangan wajah cantiknya dan menjadi tua seketika. Banyak sekali metamorfosis yang terjadi didalam sebuah dongeng yang telah diceritakan turun temurun.

Grim bersaudara (Jacob dan Wilhelm) yang adalah dua orang akademisi asal Jerman ini, telah berhasil merangkum berbagai kisah rakyat lewat berbagai penelitian. Menurut Wikipedia : Jacob melakukan lebih banyak riset dan penelitian sedangkan Wilhelm yang lebih lemah, menyusun kata-kata dan menyajikan cerita tersebut dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti oleh anak-anak. Dan jadilah sebuah karya kumpulan dongeng yang dengan diperantarai oleh penerbit atria (sekali lagi thanks to penerbit atria) bisa dinikmati oleh pembaca Indonesia dengan harga murah (saya kan dapat buntelan jadi gak beli). Berikut ini adalah 19 dongeng tersebut :
  1. Musisi dari Bremen
  2. Teka-teki
  3. Tom Ibu Jari
  4. Briar Rose
  5. Dua Belas Putri yang Menari
  6. Pengantin Perampok
  7. Ratu Lebah
  8. Raja Janggut Mengerikan
  9. Peri Pembuat Sepatu
  10. Aschenputtel
  11. Hansel dan Gretel
  12. Serigala dan Tujuh Kambing Kecil
  13. Pangeran Katak
  14. Frau Holle
  15. Rumpelstiltskin
  16. Tiga Pemintal
  17. Gadis Angsa
  18. Rapunzel
  19. Snow White

Membandingkan dengan dongeng terbitan atria lainnya, maka Hansel dan Gretel cenderung lebih bersih dari typo. Namun, di halaman 126 pada dongeng tentang Frau Holle, saya menemukan sebuah kalimat yang tidak saya pahami :
Hatta, Frau Holle memegang tanganya dan menuntunnya ke sebuah gerbang”
Saya tidak memahami maksud kata Hatta pada kalimat diatas. Rasanya sangat janggal karena kata itu tiba-tiba muncul tanpa penjelasan siapa atau apa yang dimaksud dengan “Hatta”.  Seperti pada gadis korek api, yang diterbitkan oleh atria, buku yang satu ini pun tidak mencantumkan daftar isi dibagian depan. Saya tidak begitu paham mengenai ketentuan baku didalam penulisan atau pembuatan sebuah buku, namun untuk saya hal ini sangat mengganggu dan mempersulit pembaca ketika ingin kembali membaca bagian dongeng tertentu.

Saya memberikan empat bintang untuk buku ini. Tiga bintang pertama karena saya sangat menyukai keberadaan buku ini beserta semua cerita didalamnya. Dan satu bintang saya berikan untuk penerbit atria yang sudah menyediakan kumpulan dongeng berharga ini dalam bahasa indonesia.

--------------------------------------
Judul      : Hansel dan Gretel
Penulis    : Grimm Bersaudara
Penerbit : Atria
Terbit     : April 2011
Tebal      : 184 hal
--------------------------------------

Review : Gadis Korek Api


Setelah sekian tahun, inilah buku dongengku yang pertama. Kami sering pindah rumah, sehingga buku-bukuku tidak pernah selamat, termasuk buku dongengku dimasa kanak-kanak. Pertama-tama terimakasih untuk penerbit atria yang kembali menyediakan buku-buku ini. Saya membacanya sekarang dan berencana membacakan untuk anak-anak saya kelak (*huaaaa belum berencana*).

Buku setebal 270  halaman ini menggunakan judul salah satu dongeng yang sangat memilukan hati, Gadis korek api. Cerita tentang gadis kecil yang berjalan dengan kaki telanjang, berjualan korek api di tengah-tengah musim dingin hingga akhirnya dia mulai meletakkan harapan akan kehangatan pada setiap korek api yang dinyalakannya. Keesokan paginya dia ditemukan meninggal ditengah kedinginan. Jika dongeng selalu melintas dengan semburat kebahagiaan dan pernyataan “happily ever after”, maka gadis korek api datang dengan kisah yang menyayat hati. Bagaimana mungkin anak kecil dibiarkan berkeliaran mencari nafkah dengan kondisi seperti itu ditengah keadaan yang sangat dingin, dimana seharusnya setiap anak bisa duduk mendengarkan cerita didekat sebuah perapian.

Ini adalah beberapa dongeng yang juga dimuat dalam buku ini
1. Kisah cinta putri duyung kecil
2. Angsa-angsa liar
3. Sang putri sejati
4. Thumbelina
5. Burung bulbul
6. Gadis korek api
7. Ratu salju : Dongeng dalam tujuh kisah
8. Baju baru kaisar
9. Kisah rembulan
10.Anak itik buruk rupa

Sangat mengelitik ketika membaca kisah sang kaisar bodoh karena mempercayai dua tukang tenun gadungan yang menawarkan baju paling istimewa dengan menipu seluruh isi istana. Semua orang ternyata mampu berbohong untuk mempertahankan posisinya, kenyamanannya dan martabatnya. Hanya seorang anak kecil yang mampu berkata jujur dan berucap bahwa sang kaisar telanjang.

Pada awal membaca, saya berencana untuk membaca satu kisah setiap malam sebagai dongeng pengantar tidur, namun ternyata saya tidak sabar dan membacanya dengan lebih cepat karena ingin mengetahui seluruh ceritanya. Sebenarnya saya memberikan empat bintang untuk buku ini, namun karena begitu banyak typo yang saya temukan sehingga saya menurunkan jadi tiga bintang. Hal ini bisa menjadi catatan untuk editor agar lebih memperhatikan hal tersebut. Salah satu typo yang saya temukan dihalaman 49 pada dongeng tentang angsa-angsa liar :

Dia yakin Tuhan tidak akan yang maha pengasih tidak akan meninggalkannya.


H.C Andersen menyuguhkan dongeng-dongeng manis kepada para penikmat untuk bisa berimajinasi sebebas-bebasnya. Membaca buku ini sebelum tidur, mungkin saja mengantar kita kedalam alam mimpi yang imajinatif. 


----------------------------------------
Judul           : Gadis Korek Api
Penulis         : H.C Andersen
Penerbit       : Atria
Terbit           : Maret 2011
Tebal            : 270 hal
---------------------------------------

Review : Les Miserables


Buku yang dihadapan pembaca ini, dari awal hingga akhir, dalam keseluruhan dan detailnya, apakah itu selingan, sanggahan, atau kegagalan, merupakan pergerakan dari sifat jahat ke baik, dari ketidakadilan menjadi keadilan, dari salah ke benar, dari malam ke siang, dari hawa nafsu menuju hati nurani, dari kebusukan menuju kehidupan, dari kekejaman ke kewajiban, dari neraka ke surga, dari ketiadaan menuju Tuhan. Titik awalnya : materi, tujuannya : jiwa. Hydra pada awalnya, malaikat pada akhirnya


Seorang Jean Valjean kecil tinggal bersama Ibu dan Kakaknya. Kakaknya membesarkannya ketika Ibu mereka meninggal. Ketika Jean Valjean berumur 25 tahun, suami sang kakak meninggal. Jean Valjean harus bekerja  menghidupi tujug orang keponakannya. Ia bekerja sebagai tukang kebun, kuli dan tukang angkut. Pada suatu musim dingin, ia tidak menemukan pekerjaan untuk menghasilkan uang, namun ketujuh anak dan ia sendiri membutuhkan makanan. Terdorong oleh rasa lapar, ia mencuri roti dari sebuah toko dan karena itu  dijatuhi hukuman lima tahun kerja paksa disebuah kapal. Ia berkali-kali mencoba kabur, sehingga pada akhirnya, masa hukumannya berkembang dari lima tahun menjadi 19 tahun kerja paksa, 1796 sampai 1815.
Jean Valjean masuk kapal kerja paksa dengan tersedu dan gemetar; ia keluar dengan wajah keras. Ia masuk dengan putus asa; ia keluar dengan penuh amarah. Hidup macam apakah yang telah dijalani jiwa ini?” [hal 22]
Di awal oktober 1815, ia berjalan memasuki kota D___. Ia bertemu dengan seorang uskup dan untuk pertama kali dalam 19 tahun ia dibingungkan oleh sebentuk kebaikan dan ketulusan hati. Jean Valjean menjadi bingung, ia kembali berjalan meninggalkan sang uskup hingga ia tiba di sebuah kota M___ sur m___. Dikota ini pada akhir tahun 1815, ia menemukan sebuah peluang bisnis, tidak sampai tiga tahun ia telah menjadi seorang kaya raya yang berhati lembut. Ia telah mengubah penduduk kota M___ sur m___ menjadi lebih sejahtera. Tingkat kejahatan, pengangguran dan pencurian merosot dengan tajam. Jean Valjean kemudian diangkat menjadi walikota M___sur m___. Namun ia tidak lagi dikenal sebagai Jean Valjean melainkan sebagai Bapak Madeleine. Jean Valjean telah terkubur bersama masa lalunya.

Suatu hari, seseorang yang bernama Pak Champmathieu dikenali sebagai Jean Valjean dan ditangkap. Pak Champmathieu akan diadili atas beberapa kejahatan yang dituduhkan kepadanya. Bapak Madeleine pun mendengarkan hal ini dan betapa terkejutnya dia, ketika mendapati orang lain harus menanggung namanya dan memikul bebannya. Hati sang walikota bergolak, ia berpikir keras, apa yang harus dilakukannya, akankah ia membiarkan orang lain menanggung bebannya. Sang walikota yang murah hati akhirnya mengakui jati dirinya. Ia menanggalkan kehormatannya sebagai walikota dan kembali ke kapal kerja paksa.

Beberapa tahun setelah itu, ia diberitakan tenggelam kelaut dan mati ketika sedang menolong seorang narapidana lain yang nyaris jatuh. Namun, sesungguhnya ia tidak mati. Ia pergi ke Montfermeil, dekat paris, untuk mencari seorang anak yang bernama cosette. Cosette adalah anak dari seorang wanita malang yang pernah ditolongnya ketika ia masih menjabat sebagai walikota, ia telah berjanji kepada Fantine, si wanita malang untuk menemukan anaknya. Ia menepati janjinya. Ia bertemu dengan cosette kecil yang bernasib sama malangnya dengan sang ibu. Jean Valjean membawa cosette pergi dari keluarga Thenardier yang selama ini menjadikannya pembantu. Cosette sangat senang pergi dengan si orang asing, ia tidak tahu siapa Jean Valjean, ia bahkan tidak tahu bahwa orang yang bersamanya adalah seorang narapidana tua, ia merasa nyaman dan menjadikan Jean Valjean sosok ayah baginya.

Perjalanan mereka tidak selalu mulus. Jean Valjean masih terus dikejar-kejar sebagai seorang buronan ditengah-tengah pasca revolusi perancis yang masih meninggalkan semburat kelam dibeberapa kalangan. Les miserables merupakan sebuah fiksi historis, melibatkan begitu banyak tokoh didalamnya. Melibatkan begitu banyak kalangan, bahkan kalangan pelajar yang dikenal melalui sebuah grup yang menamakan diri kelompok ABC. Terkadang ketika pembaca bukanlah tipikal orang yang menyukai sejarah dan politik, maka ada bagian-bagian yang cukup membosankan untuk dibaca karena menjelaskan sudut pandang politik dari tokoh atau kalangan yang sedang bergolak.

Les miserables benar-benar membuat emosi saya naik turun. Saya marah. Saya marah kepada masyarakat perancis yang memperlakukan Jean Valjean. Saya marah terhadap seorang polisi yang hanya membabi buta menegakkan hukum tanpa hati nurani. Saya bertanya : Dimana hati nurani mereka? Wajah yang garang terkadang menyembunyikan hati yang lembut. Dan pada akhirnya Victor Hugo berhasil membuat saya menangis ketika mengungkap hati seorang malaikat melalui wajah seorang narapidana.

Melalui kehidupan Jean Valjean, Fantine ataupun Marius kita dapat belajar bahwa kesengsaraan dan kemelaratan benar-benar mempertajam kekuatan jiwa dan pikiran. Fantine, seorang wanita yang sangat cantik, rela mencabut kedua gigi depannya agar anaknya bisa terus hidup. Ia tidak punya pilihan dan masyarakat pun tetap mencelanya. Marius seorang bangsawan yang kemudian mengetahui bahwa kakeknya telah menyembunyikan identitas ayahnya yang bertolak belakang dengan idealisme sang kakek, membawa Marius mengecap kehidupan jalanan, berusaha ditengah-tengah kelaparan yang setiap saat dapat mengacam jiwanya. Setiap peristiwa diiringi dengan berbagai bentuk frasa indah. Kalimat-kalimat yang seakan diucapkan sekali untuk dapat dimengerti selamanya.
Hanya ada satu pemandangan yang lebih luas dari samudra, yaitu langit. Akan tetapi, ada pemandangan yang lebih luas dari pada langit, yakni ruang batin manusia “ [hal 82]

Kesenangan yang kita berikan pada orang lain mempunyai kekhasan yang memesona. Tidak seperti pantulan benda lain, pantualan kesenangan akan berbalik pada diri kita dengan lebih besar dari pada sebelumnya” [hal 210]

Kemelaratan menghasilkan kekuatan jiwa dan pikiran. Kesusahan adalah pengasuh yang mengajarkan penghargaan diri sendiri. Kemalangan menjadi air susu ibu bagi jiwa-jiwa yang tangguh” [hal 255]

"Di masa depan tidak boleh ada lagi manusia yang membantai sesamanya, bumi akan menjadi terang, umat manusia akan saling mencinta. Akan tiba suatu hari ketika semuanya terasa damai, harmonis, terang benderang, menggembirakan, dan begitu hidup" [hal 442]
Terlepas dari semuanya itu, dengan tidak sedikit pun mengurangi rasa suka terhadap buku ini. Ada banyak typo seperti pada halaman 425 berikut yang sangat mengganggu.

 “Ia menggabiskan uangnya sembarangan. Ia telah menggabiskan dua franc sembilan buluh lima sen sejag baggi tadi

Oktober 2010 kemaren, Les Miserables 25th Anniversary Concert  telah digelar, menampilkan tokoh-tokoh yang memperjuangkan revolusi dan pengampunan dalam bentuk nyanyian-nyanyian yang mempesona. Sama halnya ketika membaca bagian akhir bukunya, saya pun tetap menangis ketika menyaksikan Jean Valjean yang diperankan oleh Alfie Boe menyenandungkan lagu “Bring Him Home” dimedley dengan lagu “on my own” yang dipadukan dengan suara Lea Salonga sebagai Fantine dan Samantha Barks sebagai Eponine.


--------------------------------------
Judul          : Les Miserables
Penulis        : Victor Hugo
Penerbit     : Bentang
Terbit         : Juli 2008
Tebal          : 604 hal
--------------------------------------