Wednesday, November 30, 2011

Review : Sarah's Key



Sebuah kisah yang mengejutkan, sangat menyentuh, dan menantang moral….penuh dengan keajaiban. Kisah ini akan menghantui, dan memperkaya diri anda

 Awalnya buku ini diceritakan dalam dua zaman yang berbeda : Juli 1942 dan Mei 2002. Kedua zaman ini sama-sama bermula di Paris, sebuah kota yang saya kenal dengan menara Eiffel-nya, yang disebut orang kota romantis dan kemewahan dunia berada disana. Semua orang mengenal wajah Paris, semua orang terkagum-kagum dengan pesona Paris, banyak wanita yang menyukai keberanian lelaki kota ini. Namun, mari kita berhenti sejenak dan kembali ke 69 tahun lalu tepat ditanggal 16 Juli 1942. Apa yang terjadi disana? Lewat karya Tatiana De Rosnay, saya mengenal satu lagi peristiwa sejarah yang pernah mencoreng wajah paris dan meninggalkan luka bagi banyak orang. Semua orang perlu tahu bahwa disuatu masa, Paris sangat mengerikan, sangat menyeramkan, dingin, gelap dan mengoyak jiwa banyak orang. Terutama mereka, anak-anak kecil dengan sebuah bintang David berwarna kuning menempel dibagian depan pakaian mereka.

Sampai halaman 183, Tatiana De Rosnay menuturkan kisahnya dengan dua cara yang berbeda. Ia mengenalkan kisah seorang anak berusia 10 tahun bernama Sarah ditahun 1942, serta kisah seorang wartawan paruh baya berhati lembut bernama Julia ditahun 2002.

Sarah tinggal di rue de saintonge bersama orang tua dan adik laki-lakinya Michel. Suatu malam dibulan Juli 1942, apartemennya digedor sangat keras. Ia menyadari ketakutan yang muncul dalam gerak-gerik orang tuanya, namun mereka tidak mengatakan apapun kepadanya. Malam itu beberapa polisi perancis datang dan membawa mereka. Michael kecil ketakutan melihat keadaan itu, sehingga ia masuk kedalam lemari tersembunyi yang biasanya digunakan ketika mereka sedang bermain. Lemari itu dilengkapi dengan buku, senter dan air minum. Sarah menyetujui tindakan adiknya, ia bahkan mengunci lemari itu dari luar dan mengantongi kuncinya. Ia berjanji akan segera kembali untuk menjemput adiknya. Polisi perancis membawa Sarah, ayahnya dan ibunya menaiki bus-bus yang juga memuat banyak orang lainnya. Ia melihat semua orang mengenakan bintang David yang sama dengan yang dikenakannya. Ia tidak tahu akan dibawa kemana atau apa yang akan terjadi kepada keluarganya. Namun ia mengerti bahwa karena lambang itulah mereka semua bernasib sama. Karena lambang Yahudi itu mereka diperlakukan seperti itu. Ia hanya berharap agar bisa segera kembali dan menjemput adiknya. Orang-orang yang biasa disapanya setiap hari, kini memandangnya dengan kebencian dan penuh rasa jijik. 

Rombongan itu dibawa ke sebuah tempat yang bernama Vélodrome d'Hiver, sebuah stadion yang sangat luas. Ribuan orang itu bercampur menjadi satu di tempat itu, tidak ada toilet, tidak ada air, tidak ada makanan. Yang ada disana adalah ratap tangis, wajah-wajah putus asa, orang-orang sakit, orang-orang yang tak kuat lagi dan akhirnya meninggal, dan anak-anak tak berdosa yang tidak mengerti apa-apa dan diperlakukan dengan sangat buruk. Mereka menuggu untuk dibawa kesebuah tempat yang bernama Auschwitz.

Vélodrome d'Hiver
Di zaman yang berbeda, Julia hidup bersama suaminya, Bertrand, dan anak gadisnya, Zoe. Mereka baru saja mengunjungi apartemen nenek Bertrand. Sang Nenek baru saja dipindahkan ke panti jompo karena menderita Alzheimer, sehingga Julia dan keluarganya lah yang akan menempati apartemen itu. Julia adalah seorang American dan bekerja untuk sebuah majalah Amerika di Paris. Suatu hari ia mendapat tugas untuk menulis sejarah holocaust yang pernah terjadi di perancis sekitar bulan juli 1942. Lewat penyelidikannya, Julia menemukan banyak hal. Disini pembaca akan mulai menemukan benang merah antara Julia dan Sarah. Namun, cerita tetap berlanjut dari perspektif yang sangat berbeda, sehingga sungguh menarik untuk dinikmati.

Kisah hidup Sarah dan keluarganya yang menderita di zaman kekuasaan Hitler itu membangkitkan emosi yang luar biasa dalam diri Julia. Ingat…emosi tidak sama dengan amarah..tolong bedakan kedua hal itu. Sarah membuat hidup Julia tidak pernah sama lagi. Julia seakan telah lama mengenal Sarah. Ia seperti bisa memahaminya. Penyelidikan Julia mendapat tantangan luar biasa dari keluarganya sendiri. Wajah Sang Nenek yang menderita Alzheimer tiba-tiba berubah pucat ketika Julia menyinggung tentang penyelidikannya. Lantas apa sebenarnya hubungan keluarga suami Julia dengan Sarah kecil?

Larut dalam penyelidikannya, Sarah mulai menyadari bahwa keluarganya pun terancam. Hubungannya dengan suaminya tidak berjalan dengan baik. Apakah ini ada hubungannya dengan penyelidikannya? Mengapa segala sesuatu disekitar Julia mulai kacau? Namun, apakah Julia menghentikan rasa ingin tahunya? Dan apa yang terjadi dengan Sarah dan keluarganya? Bagaimana nasib si kecil Michel yang bersembunyi di dalam lemari rue de saintonge? 

Story based on the history 

Pada tanggal 16 dan 17 Juli 1942 atas perintah Nazi, Polisi perancis melakukan penangkapan semua orang Yahudi di Paris dan sekitarnya. Operasi itu dinamakan Operation Spring Breeze. Perdana Menteri perancis pada masa itu memerintahkan bahwa tidak hanya laki-laki, tetapi juga wanita dan anak-anak harus ditangkap. Orang-orang yahudi itu dibawa ke Vélodrome d'Hiver, sebuah stadion indoor yang berjarak hanya dua blok dari menara Eiffel ( ironi jika membayang kedua tempat yang sangat berbeda ini hanya sedekat itu dan bisa saling membayangi ). Setelah lima hari berada disana, mereka mulai dipisahkan dari keluarga masing-masing dan dibawa menuju kamp Drancy, sebuah kamp transit sebelum mereka diangkut menuju Auschwitz. Menurut catatan Préfecture de Police, orang yahudi yang ditangkap saat itu berjumlah 13.152 orang. Pada tahun 1959, api menghancurkan hampir seluruh Vélodrome d'Hiver sedangkan sisanya lagi dihancurkan. Sekarang, ditempat yang sama berdirilah kantor Departemen Dalam Negeri pemerintah Perancis (ironic isn’t it?). Lima puluh tahun setelah peristiwa itu, tepat pada tanggal 16 Juli 1995, Presiden Perancis, Jacques Chirac menyatakan permohonan maafnya.

Oui, la folie criminelle de l’occupant a été secondée par des Français, par l’État français 
(Silahkan cari terjemahannya di google translate ya ^^)
 
Monument Vel d'Hiv
Lihatlah bayangan monumen Vel d'Hiv itu dan jaraknya ke menara Eiffel
 The Movie

16 september 2010, Sarah’s Key diangkat ke layar lebar. Untuk yang ingin menonton film ini, saya sarankan sebaiknya membaca novelnya terlebih dahulu. Setelah nonton film, saya menjadi lebih paham secara visual mengenai gambaran yang diberikan oleh Tatiana De Rosnay, namun beberapa hal yang muncul difilm memang tidak sesuai dengan gambaran novelnya. Sarah sendiri diperankan oleh artis yang sangat cantik, sementara gambaran Betrand yang menawan sama sekali berbeda dengan Betrand yang difilmkan.


sarah and her family at the Vel d'Hiver
sarah and her friend meet the Dufaure
sarah - as a young lady

----------------------------------------
Judul : Sarah’s Key
Penulis : Tatiana De Rosnay
Penerbit : Elex Media Komputindo
Terbit : 2011
Tebal : 356 hal
ISBN : 978-602-00-0923
----------------------------------------

Monday, November 21, 2011

Review : A Golden Web



Aristoteles menyuarakan pemikirannya bahwa seorang wanita secara fisik lebih rendah dari pria, tempat wanita harusnya hanya dirumah, dan wanita tidak perlu mendapatkan pendidikan yang sama dengan seorang pria. Hei para wanita…apakah anda senang mendengar pendapat seperti itu?

Wanita di masa sekarang tentu tidak akan senang. Namun sekitar abad ke-13 atau abad ke-14, pemikiran ini begitu mengakar di masyarakat. Seorang wanita hanya mendapatkan pendidikan secara informal, seperti dalam biara atau oleh ibunya sendiri. Wanita tidak diterima dalam pendidikan formal bersama pria. Bahkan beberapa novel-novel yang ditulis pada zaman itu menggambarkan bahwa seorang wanita yang menyatakan kecerdasannya secara terbuka terkadang dianggap sebagai seorang penyihir dan dibakar di tiang gantungan. Jika saya hidup di masa itu, maka sangat mungkin saya akan bertindak seperti Alessandra Giliani. Bagaimana dengan anda?

Alessandra hidup bersama ayah dan ibu tirinya di Persiceto. Ibu kandungnya meninggal saat melahirkan adiknya yang paling kecil. Alessandra memiliki seorang kakak, Nicco, dan dua orang adik, Pierina dan Dodo. Sejak lahir ia telah dianggap berbeda karena kecerdasannya. Tidak ada satupun dari saudaranya yang bisa menyamai kecerdasannya. Ia membaca banyak buku, ia memperhatikan laba-laba membuat jaringnya, ia terbiasa memperhatikan banyak hal di lingkungannya. Alessandra juga memperhatikan kondisi Ibunya ketika meninggal melahirkan Dodo. Pilihan saat itu hanyalah menyelamatkan Ibunya atau Dodo. Ilmu Kedokteran belum secanggih sekarang untuk melakukan operasi sesar. Kecerdasan Alessandra membuatnya senang melakukan pengamatan dimanapun ia berada. Ketika sumber pengamatan di dalam rumahnya telah dikuasainya, ia meminta Nicco, kakaknya laki-laki untuk mengajarinya menunggang kuda agar bisa melihat hutan dan dunia di luar rumahnya yang terus dibayang-bayangi oleh ibu tiri yang tidak pernah menyukainya. Hidup alessandra berjalan sesuai keinginannya sampai dipenghujung usianya yang ke-13. Memasuki usia 14 tahun, ibu tirinya mengurungnya di dalam rumah, ia bahkan tidak bisa bertemu dengan Nicco, Pierina dan Dodo. Seperti remaja perempuan lainnya masa itu, saat memasuki usia 14 tahun, seorang gadis akan mulai dilirik oleh para pemuda yang mencari seorang istri, ataupun dijodohkan oleh orang tua masing-masing. Tidak terkecuali untuk Alessandra, Ibu tirinya bermaksud menjodohkannya dengan pemuda pilihannya. Alessandra merasa hidupnya telah berakhir. Jika ia menurut untuk menikah, itu berarti ia akan selamanya tinggal dirumah sebagai seorang istri, melayani suaminya, dan membuang jauh-jauh segala rasa ingin tahunya terhadap mahluk hidup, alam dan ilmu pengetahuan.

Suatu hari, ia mengungkapkan rencananya kepada Ayahnya. Alessandra ingin masuk sekolah kedokteran. Sejak kematian Ibunya, Alessandra terus berpikir, jika seseorang mampu menguasai sebuah ilmu yang bernama Anatomi, mungkin Ibunya bisa diselamatkan. Ia tertarik ketika mengetahui seorang professor Anatomi di Universitas Bologna yang bernama Mondino de’ Liuzzi. Namun ketika ia mengungkapkan cita-citanya kepada Ayahnya, kekecewaanlah yang didapatkannya, karena ternyata Ayahnya pun menganggap rencananya tidak masuk akal dan tidak mungkin dilakukan oleh seorang gadis. Disinilah rencana melarikan diri muncul dibenaknya. Ia tidak punya pilihan lain untuk melanjutkan hidupnya. Tentu jalan yang akan ditempunya tidak mudah apalagi mengingat pemikiran orang-orang masa itu tidak berpihak pada rencananya. Lalu apakah rencananya berhasil?

Barbara Quick tidak sengaja menemukan kisah Alessandra ketika ia sedang mengunjungi Bologna dalam penelitian terhadap seorang ahli anatomi lainnya yang hidup 400 tahun setelah Alessandra. Kisah Alessandra di abadikan oleh seseorang yang bernama Otto Agenius beruapa plakat di St. Pietro e Marcellino. Banyak hal yang menurut Quick diciptakannya sendiri, namun ia berusaha untuk menyelami kehidupan Alessandra pada masa itu. Menurut Quick, kisah Alessandra menunggu untuk ditemukan. Jika saya pun berada pada posisi Quick, saya pun pasti ingin mengangkat kisah ini. Kisah yang mengajarkan banyak hal. Kecerdasan yang dimiliki seseorang tidak akan berguna banyak jika ia tidak berusaha untuk menggunakannya, menemukan rasa ingin tahunya, menggali lebih dalam, bertanya lebih sering dan berusaha bahkan saat semua orang mulai mengaggapmu gila. Lihatlah…mereka yang namanya sampai saat ini tidak dilupakan oleh dunia adalah mereka yang memperjuangkan harapan dan cita-citanya. Novel ini juga memperlihatkan pentingnya seorang saudara, kasih sayang, dan kepercayaan keluarga bagi pertumbuhan seorang anak.

Sebenarnya saya kurang puas ketika selesai membaca kisah ini. Rasanya terlalu singkat jika mengingat kisah ini adalah bagian sejarah dalam dunia Kedokteran. Karena sasaran buku ini adalah remaja, maka nilai historicalnya kurang mendalam. Atau mungkin Barbara Quick memang tidak banyak menemukan fakta mengenai Alessandra. Namun, terimakasih untuk penerbit Atria yang telah membuat saya mengetahui satu hal lagi tentang sebuah sejarah. Kisah Alessandra kuberikan empat bintang sebagai tanda penghargaan terhadap semangat Alessandra yang menginspirasi saya. 

….sejarah adalah tempat aku hidup, tempat kita semua hidup, berdampingan secara nyata maupun tak kasatmata dengan sosok-sosok lain – jika kita bisa cukup tenang dan mendengarkan dengan cukup seksama – yang menyentuh kita dan menceritakan kisah-kisah mereka (Hal 266)

-----------------------------
Judul : A Golden Web
Penulis : Barbara Quick
Penerbit : Atria
Terbit : Maret 2011
Tebal : 272
ISBN : 978-979-024-472-6
------------------------------

Tuesday, November 15, 2011

Review : Uncle Tom's Cabin


Bersabarlah! Bersabarlah! Wahai kalian yang hatinya membengkak dan marah terhadap perbuataan seperti ini. Tidak satu degup penderitaan pun, tidak satu butir air mata pun dari mereka yang tertindas, dilupakan oleh Pria yang sengsara, Penguasa Kemuliaan. Dalam dadanya yang sabar dan murah hati, Dia menanggung penderitaan dunia. Tanggunglah, seperti dirinya, dengan sabar, dan berusaha dengan cinta; karena pasti demikian pula dengan TUhan, “saat penebusan akan datang” (Hal. 185)




Jadi, andalah wanita mungil yang menulis buku yang memicu perang besar ini?” adalah kata-kata yang diucapkan oleh presiden Amerika Serikat legendaries Abraham Lincoln kepada Harriet Beecher Stowe mengacu pada novel ini.  (dikutip dari sinopsis belakang cover serambi).

Lewat Uncle Tom’s Cabin, Stowe menyatakan kekecewaan dan dukanya yang paling dalam terhadap kondisi kehidupan Amerika sekitar tahun 1850an. Uncle Tom’s Cabin dirangkai dengan sangat teratur dan tajam oleh Stowe sehingga memicu kesadaran dan goncangan luar biasa pada masyarakat Amerika di masa itu. Tokoh sentral di dalam novel ini adalah Tom, seorang budak kulit hitam di rumah keluarga Shelby, seorang yang taat dan tetap setiap kepada imannya bahkan di tengah kondisi yang paling hina dan menderita. Ia menjadi lambang kerendahan hati dan kebaikan serta kesetiaan yang luar biasa.

Di dunia ini ada jiwa-jiwa yang mulia, yang dalam penderitaannya bangkit untuk membahagiakan orang lain; yang harapan duniawinya, terbaring di pusara diiringi uraian air mata, menjadi bibit yang menumbuhkan bunga-bunga kesembuhan dan pelipur lara bagi mereka yang kesepian dan menderita (Hal. 127)

Tuan Shelby adalah seorang tuan yang baik bagi para budaknya, namun hutang mendesaknya untuk memilih menjual beberapa budaknya atau harus kehilangan semuanya. Singkatnya Tom yang malang itu harus terpaksa dijual untuk menyelamatkan keluarga Shelby dan budak lain yang berlindung pada keluarga itu, termasuk keluarga Tom sendiri. Selain Tom dan keluarganya, ada juga Eliza, wanita muda yang cantik, cerdas dan berani yang hidup bersama mereka. Ketika mendengar bahwa anaknya, Harry, akan dijual bersama Tom, keberanian untuk menyelamatkan anaknya bangkit dan memicunya mengambil tindakan yang luar biasa berani dengan melarikan diri. Tom menunjukkan kerelaan hati dan kesabaran luar biasa ketika ia terpaksa dijual, sementara Eliza menunjukkan keberanian yang tidak kalah luar biasa untuk melindungi anak satu-satunya akan hampir direnggut darinya.

Begini, Tuan George, Tuhan kasih banyak kebaikan-kebaikan dua kali lipat lebih besar; tapi Dia hanya kasihkan kita ibu satu kali saja. Tuan tak akan ketemu wanita seperti itu lagi, Tuan George, bahkan kalau Tuan hidup seratus tahun (Hal. 145; Nasihat Tom kepada George, anak dari keluarga Shelby)

Dari sini cerita mulai bercabang, terkadang Stowe membawa kita mengikuti perjalanan Tom diantara para budak yang akan dijual, kemudian mengajak kita melihat perjuangan Eliza dalam pelariannya, sementara Tuan Haley, sang penjual budak yang sangat marah karena kehilangan Harry, anak Eliza,  mengarahkan beberapa orang pemburu budak untuk memburu mereka tanpa ampun.

Paman Tom & Evangeline. Perjalanan paman Tom mempertemukannya dengan seorang nona kecil bernama Evangeline. Setiap orang yang mengenal Eva kecil ini akan jatuh cinta kepadanya, demikian juga dengan paman Tom. Ada sesuatu dalam diri anak itu yang memancar keluar dan mempengaruhi orang-orang disekitarnya. Eva pun melihat sesuatu dalam diri paman Tom yang membuatnya menyukai lelaki tua itu, sehingga ia meminta ayahnya agar membeli Tom. Nasib baik berpihak kepada Tom, karena ia bertemu dengan majikan yang memperlakukan budak dengan sangat baik. Namun, apakah nasib baik ini akan terus bersamanya?

George Harris, Eliza & Harry. George Harris adalah seorang budak yang dimiliki oleh Tuah Harris. Karena kecakapannya dalam melakukan segala hal, ia diminta untuk bekerja di sebuah pabrik. Tidak membutuhkan waktu lama untuk menunjukkan bakatnya, sehingga semua orang menyukainya. Kondisi George yang semakin baik ini tidak menyenangkan untuk Tuan Harris, sehingga ia memaksa George untuk kembali melakukan pekerjaan kasar siang dan malam, sehingga George bahkan tidak punya waktu untuk belajar dan beristirahat. Ia benar-benar diperlakukan seperti barang bergerak yang tidak berperasaan. George yang sudah menikah dengan Eliza dan memiliki anak Harry pun dipaksa untuk melupakan keluarganya. Hal ini membuat George merasa tidak adil dan semakin menginginkan kemerdekaan. Namun hal itu tidak mudah untuk diwujudkan, perjalanan yang harus ditempuhnya sangat panjang, ia harus berjuang untuk dapat bersatu kembali dengan keluarganya. Apakah ia berhasil? 

Bagi ayah-ayah kalian, kemerdekaan merupakan hak suatu bangsa untuk menjadi bangsa. Baginya, kemerdekaan merupakan hak seorang manusia untuk menjadi manusia dan bukan benda yang tidak menyenangkan (Hal 531)

Sejarah kelam perbudakan di America telah bermula sejak tahun 1619, saat budak Afrika pertama tiba di Virginia. Ketika Fugitive Slave Law disahkan pada tahun 1850, berbagai kontroversi mulai bermunculan di masyarakat amerika, khususnya antara negara bagian selatan dan utara. Jika anda mencari sejarah perbudakan di Amerika, maka kemunculan novel ini tercatat pada tahun 1852 dan memberikan pengaruh yang sangat luar biasa pada masyarakat yang telah lama sentimen terhadap perbudakan, juga menimbulkan banyak kritik dari wilayah Amerika Selatan. Novel ini bahkan disebut sebagai peletak dasar munculnya perang saudara. 

Siapapun yang berhati lembut, tentu tidak akan pernah tahan hidup di masa-masa kelam perbudakan itu. Saya tidak bisa memahami cara berpikir orang-orang amerika masa itu, apalagi mereka yang hidup tanpa kepedulian. Mereka bahkan menganggap para budak tidak memiliki perasaan. Mereka memisahkan saudara bersaudara, seorang anak dari ibunya, istri dari suaminya. 

Yang paling berat dari perbudakan, menurut saya, adalah penindasan terhadap perasaan dan kasih sayang…dengan terpisahnya keluarga (Hal. 173-174)

Saya lantas berpikir, apa bedanya amerika masa itu dengan jerman dibawah kekuasaan Hitler. Konfliknya mungkin berbeda, namun sama-sama membawa penderitaan untuk kaum minoritas. Namun, diantara setiap mahluk berhati busuk itu, Stowe ingin menunjukkan bahwa ada orang-orang yang tetap hidup penuh cinta kasih, yang melihat hati para budak sama seperti hati seluruh manusia. Masih ada cinta ditengah kegelapan itu. Anda akan menemukannya ketika anda membaca bagian tentang Evangeline dan keluarganya. Cinta itu mungkin tidak bisa bertahan lama tinggal di dunia yang gelap, namun cinta yang tulus akan mampu mempengaruhi, bahkan membawa jiwa yang tersesat untuk menemukan jalan kembali kepada terang yang kekal. 

Setiap karakter dalam novel ini memiliki karakter yang unik. Setiap tokoh terkesan saling terpisah, namun sebuah benang merah akan nampak diakhir kisah. Lewat novel ini, saya belajar bahwa hati yang benar-benar tulus untuk mencintai, akan menyentuh banyak jiwa yang berselimutkan kegelapan. Mereka ini, orang-orang yang merasa tidak dicintai hanya membutuhkan sebuah ketulusan dan pengetahuan bahwa mereka diterima dan dicintai. Membaca kisah Uncle Tom’s Cabib, seperti menyaksikan sebuah proses panjang sebuah kehidupan yang didalamnya seseorang benar-benar akan bertumbuh, bergantung pada pilihan yang diambilnya. Orang yang keras hati pun bahkan bisa menjadi gila ketika menghadapi kasih dan cinta yang tulus.

Hei, engkau, yang pernah mendengar dari pewarta yang sama, bahwa Tuhan adalah cinta, dan bahwa Tuhan seperti api yang menghanguskan, tidakkah engkau tahu, bahwa bagi jiwa yang terbelenggu dalam dosa, maka cinta yang sempurna berubah menjadi siksaan yang paling menyeramkan, segel dan kutukan yang timbul dari keputusasaan yang paling menakutkan? (Hal 515-516)

Buku ini minim typo, penerjemah serambi berhasil menyajikan terjemahan percakapan yang sangat berbeda antara bahasa yang digunakan oleh budak dan majikan. Bravo untuk Istiani Prajoko yang berhasil menerjemahkan bagian-bagian percakapan dengan dialek kulit hitam yang saya rasa pasti sangat sulit namun tersaji sangat bagus. Cover yang digunakan pun sangat sederhana dan hangat. Terimakasih untuk penerbit serambi atas saluran novel yang sangat menyentuh ini. Saya meneteskan air mata sejak awal sampai menutup halaman terakhir. Wajar saja jika Langston Hughes menyebut buku ini sebagai "buku yang paling dikutuk dan dipuja pada masanya".

Wahai engkau yang merampas kemerdekaan seorang manusia, dengan kata-kata apa engkau dapat menjawab pertanyaan Tuhan? (Hal. 536)


-----------------------------------------------
Judul                   : Uncle Tom’s Cabin
Penulis                : Harriet Beecher Stowe
Penerbit              : Serambi
Terbit                 : Juli 2011
Tebal                  : 609
ISBN                    : 978-979-024-359-0
-----------------------------------------------

Friday, November 11, 2011

Review : Dataran Tortilla


seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi saudara dalam setiap kesukaran
(Amsal 17:17)

Kata orang persahabatan itu indah. Betapa indahnya hidupmu ketika engkau memiliki seorang sahabat seperti yang dikutip dalam amsal 17 ayat 17 diatas. Lalu bagaimana seorang sahabat yang menaruh kasih setiap waktu itu? Bagaimana sahabat yang menjadi saudara dalam setiap kesukaran? Saya percaya anda akan menemukan salah satu contohnya ketika membaca karya John Steinbeck yang satu ini. 

Dataran Tortilla adalah sebuah dataran tinggi diatas Kota Monterey yang terletak di wilayah California. Di dataran Tortilla ini, hiduplah kaum paisanos – rakyat jelata yang berdarah campuran Spanyol, Indian, Meksiko dan Kaukasia. Diantara rakyat jelata itu, hiduplah tokoh yang diciptakan oleh John Steinbeck ini, ia bernama Danny. Sekembalinya dari aktivitas ketentaraannya pasca perang, Danny mendapat warisan rumah dari kakeknya yang baru saja meninggal. Sebelum berangkat sebagai tentara, Danny hidup dijalanan, terkadang mendekam di penjara beberapa malam karena melakukan kejahatan ringan di lingkungannya. Namun sesekali, mendekam di penjara menjadi jalan keluar baginya untuk menghadapi rasa lapar atau supaya ia bisa tidur tidak beratapkan langit. Ketika Danny mengetahui bahwa ia memiliki rumah, ia menjadi bangga akan dirinya dan bertekad untuk hidup dengan baik dan menjaga martabat barunya. Pada masa itu, memiliki sebuah rumah menjadikan martabat seseorang lebih tinggi. penghargaan terhadap martabat seseorang diukur dari apa yang dimilikinya. Sepertinya dunia sekarang pun tidak lebih baik dari lingkungan Danny pada masa itu dalam hal penilaian ini. 

Membaca Dataran Tortilla ini, seperti menyaksikan kehidupan Danny dan teman-temannya yang perlahan-lahan berubah menjadi sahabat-sahabat terbaiknya. Mereka saling menyayangi walaupun cara yang ditunjukan membuat saya merasa tidak masuk akal, bahkan terkadang licik. Salah satu contohnya ketika Danny ingin menghadiakan sekotak gula-gula kepada Nyonya Morales, Pilon dan kawan-kawannya tergerak untuk membantu Danny mengumpulkan uang untuk membeli gula-gula itu, namun ketika uang sudah ditangan, Pilon dan Pablo mulai berpikir : “Gula-gula tak baik untuk kesehatan, hal itu bisa menyebabkan sakit gigi. Jika kawan kita Danny membeli gula-gula untuk Nyonya Morales, pasti ia pun akan mencicipinya dan Danny akan mengalami sakit gigi juga”.Karena pemikiran itu sehingga uang untuk membeli gula-gula justru beralih ke kedai Torelli tempat mereka membeli anggur. Mereka ingin membeli anggur, namun terus berupaya menyusun pemikiran seolah-olah mereka melakukannya karena menyayangi Danny. Namun, John Steinbeck sangat unik merangkai cara berpikir Pilon. Seperti pemikiran seorang anak kecil yang egois namun juga polos. Cara mereka berpikir membuat saya tertawa bahkan ditengah keramaian karena geli dengan kepolosan yang tidak masuk akal itu. Namun begitulah cara mereka menyayangi Danny. 

Banyak hal lucu dan menarik dalam karya Steinbeck ini. Buku ini terbagi dalam beberapa bab yang berisi cerita pendek tentang Danny dan sahabat-sahabatnya. Bahasa yang digunakan dalam terjemahan Pustaka Jaya ini sangat baku dan terkesan kaku. Namun apakah itu cara penggambaran yang tepat untuk novel yang pertama kali terbit pada tahun 1935 ini? Saya tidak tahu pasti. 

Ada sebuah kutipan yang berbunyi “sahabat sejati adalah orang yang mengetahui hal yang paling buruk tentang dirimu namun tetap mencintai engkau sebagaimana adanya”. Kutipan itu cocok sekali untuk Danny dan sahabat-sahabatnya. Saya belajar cara bersahabat dari Danny, Pilo, Pablo, Jesu Maria, Joe Portugis dan Bajak Laut. Meskipun cara mereka menurut saya aneh, namun mereka memiliki hati yang tulus dalam mengasihi. Lihatlah kepada ketulusan mereka dan bukan cara yang mereka gunakan, maka anda pasti akan menemukan contoh sahabat-sahabat sejati.

Penggambaran John Steinbeck terhadap paisanos ini mendapat respon yang tidak diduganya. Kemurahan hati orang-orang paisanos yang digambarkannya tidak dapat diterima, mereka tetap dicap sebagai gelandangan belaka, sehingga dalam sebuah kata pengantar edisi 1937 Perpustakaan modern, Steinbeck menulis,
it did not occur to me that paisanos were curious or quaint, dispossessed or underdoggish. They are people whom I know and like, people who merge successfully with their habitat...good people of laughter and kindness, of honest lusts and direct eyes. If I have done them harm by telling a few of their stories I am sorry. It will never happen again.
Buku ini saya rekomendasikan untuk anda yang menyukai cerita sederhana dan menghibur. Karena anda pasti akan tertawa membaca kisah kocak Danny dan sahabat-sahabatnya di Dataran Tortilla.

--------------------------------------------
Judul      : Dataran Tortilla
Penulis    : John Steinbeck
Penerbit : Pustaka Jaya
Terbit    : Februari 2009 (Cetakan II)
Tebal     : 265
ISBN       : 978-979-419-352-5
---------------------------------------------

Thursday, November 10, 2011

Surga Buku


Apa yang terbayang ketika kata “surga buku” terlintas dipikiranmu kawan? Beberapa teman menggambarkan “surga buku” sebagai sebuah tempat yang nyaman dan dikelilingi oleh buku apa saja yang kita inginkan. Saya pun ingin demikian. Namun, jika saya memetakan kata “surga buku” inilah yang terbayang :

 
Ketika saya membaca dan tenggelam kedalam sebuah kisah, melihat dari mata tokoh didalamnya, merasakan dengan hati mereka, kemudian menahan diri untuk tidak bertindak semau saya karena saya bukanlah tokoh yang sebenarnya. Ketika kisah itu meresap kedalam pikiran dan hati saya, sehingga ketika setahun kemudian seseorang bertanya kepada saya tentang buku itu, saya dengan mudah membagi kisah itu dari perpustakaan memori saya yang didalamnya kisah itu telah menciptakan ruang untuk ditemukan kembali. Itulah surga yang saya maksud. Bukan tentang tempat atau bentuk, namun tentang sebuah perasaan yang berbeda ketika saya sedang dan akhirnya selesai membaca sebuah buku. Ketika saya menutup halaman terakhirnya, saya bukan lagi saya yang kemarin, saya telah menjadi saya yang hari ini karena sebuah ruang telah bertambah dalam memori saya dan saya tidak akan sama lagi. Terkadang, ketika saya sedang tenggelam dalam sebuah buku dan ada orang lain yang mau mengganggu saya, teman-teman terdekat saya akan berkata “jangan diganggu, dia sedang berada didalam surganya sendiri, hal lain tidak akan mampu mengusiknya”. Bahkan teman-teman saya memahami surga yang terbentuk itu.

Mari temukan “surgabukumu”. Bersahabatlah dengan setiap tokoh, tempat, dan suasana dalam sebuah buku yang sedang kamu baca, niscaya kamu akan menemukan sebuah surga bahkan ditengah keramaian kota seperti Jakarta.

a crowded train with a man and woman seated reading their book. They created their own heaven.

Tulisan ini dibuat untuk meramaikan hari ulang tahun blog buku SurgaBukuku yang pertama. Selamat ulang tahun surgabuku, semoga tetap menginspirasi ^^ btw..mel..mau paket B dong *merapal mantra supaya dapat*