Wednesday, July 31, 2013

[Review] Imperium by Robert Harris

Title: Imperium
Author: Robert Harris
Pubsliher: Gramedia Pustaka Utama
Published: Juli 2008
ISBN: 978-979-22-3774-0

“Kisah ini dimulai ketika Tiro membuka pintu pada suatu hari bulan november yang dingin dan menemukan seorang pria tua yang ketakutan, penduduk sisilia yang menjadi korban perampokan Gubernur Romawi korup, Verres. Orang itu meminta Cicero mewakilinya menuntut sang Gubernur. Namun, bagaimana seorang Senator yang tidak kaya, tak dikenal, bahkan dibenci kaum aristokrat, dapat mengajukan tuntutan terhadap Gubernur Romawi yang kejam dan memiliki pendukung di tempat tinggi?”

Imperium adalah kekuasaan politis tertinggi – kekuasaan atas hidup dan mati – yang dimandatkan Negara kepada seseorang. Melalui riset yang teliti, Robert Harris menampilkan sebuah cuplikan kehidupan politik Roma pada masa sekitar 50 SM melalui sudut pandang Tiro, sekertaris pribadi Marcus Tullius Cicero, Orator dan Negarawan yang pernah hidup pada masa-masa paling menentukan dalam sejarah Romawi Kuno.


Tiro adalah budak keluarga Cicero yang mendapat kesempatan mengikuti sang Senator sebagai budak sekaligus sekertaris pribadi. Tiro memulai kisah Cicero dengan menampilkan kelemahan sang Senator, bagaimana Cicero harus meninggalkan Roma untuk belajar ke Athena dan Rhodus, melengkapi dirinya dengan filsafat, stoisisme, bahkan cara menyampaikan pendapatnya lewat pidato. Selanjutnya Tiro mengulas kasus pertama yang dihadapi Cicero yang menjadi batu loncatan yang gemilang dalam karirnya menuju Imperium. Melalui kasus perampokan, pembunuhan dan pelanggaran hak negara Gubernur Sisilia, Gaius Verres, Tiro menjelaskan kecermelangan pemikiran Cicero saat ia melawan pengacara paling terkenal di Roma saat itu, Quintus Hortensius Hotalus. Cicero memulai pertempuran yang ia sendiri pun tidak tahu bagaimana cara mengakhirinya.

“Kadang-kadang, jika kita menemui jalan buntu dalam politik, yang harus dilakukan adalah memulai pertempuran, sekalipun kita tidak tahu cara menanganinya, karena hanya saat pertempuran berlangsung, dan segalanya bergerak, kita bisa berharap dapat melihat jalan keluar” (hal 61)

Membaca bagian ketika Cicero menyampaikan pidato dan tuduhan sambil mengajukan setiap saksi ke pengadilan adalah saat-saat yang membuatku merinding, sulit berhenti membaca dan tak jarang aku mendapati diri sendiri merasa gugup. Untuk hal inilah, Robert Harris berhasil menjadi penulis favoritku. Ia benar-benar mampu membawaku ke tengah kerumunan massa yang sedang menyaksikan pengadilan dimana Cicero sedang berpidato. Tentu saja aku merasa gugup, karena Tiro sendiri sebagai orang yang sangat dekat dengan Cicero dan sekaligus menjadi mata aku melihat kisah ini pun ikut merasa gemetar memandang aksi majikannya. 

Novel ini terbagi dua bagian, bagian pertama menggambarkan petualangan politik Cicero untuk mencapai jabatan Aedilis Romawi, sedangkan bagian kedua merupakan saat-saat menggemparkan saat Cicero mengincar posisi Konsul. Harus kuakui salah satu kesulitan membaca buku ini adalah nama-nama tokoh Romawi yang susah dan sangat banyak. Ada beberapa tokoh yang berasal dari keluarga yang sama dan disapa dengan nama belakang yang sama terkadang membuatku kebingungan. Alhasil aku harus mencatat beberapa nama untuk bisa mengikuti penuturan Tiro dengan lebih lancar. Membaca buku ini juga mengantarkanku pada masa-masa awal kemunculan Julius Caesar yang di satu masa berada di pihak yang sama dengan Cicero dan di masa yang lain menjadi salah satu oposisinya yang sama cemerlang. 

Menyaksikan kisah perjuangan Cicero menimbulkan simpati dariku untuk keteguhan sikapnya. Namun aku sadar, Tiro sedang menceritakan sebuah kisah politik, dimana sang tokoh utama tidak selalu berada pada posisi yang terlihat positif. Ada saat-saat dimana Cicero harus mengambil langkah curang ataupun bertentangan dengan hati nuraninya. Ada masa dimana dia harus bekerjasama dengan orang-orang yang telah sekian lama dibencinya. Namun inilah politik dan mengutip kalimat Cicero “perjalanan menuju puncak dalam dunia politik sering mengurung orang dengan sesama penumpang yang tidak menyenangkan”. Namun demikian, untukku ada banyak hal positif dalam sikap Cicero yang patut kuingat baik-baik. Ada suatu masa dimana Cicero berharap mendapat pujian dan penghargaan dari kaum Aristokrat, namun alih-alih pujian, ia justru tidak dipandang sama sekali, 

“pengalaman ini tuan-tuan, kupandang lebih berharga bagiku daripada andaikan waktu itu aku dieluk-elukan dengan tepuk tangan meriah. Sejak saat itu, aku tak lagi memikirkan apa yang kira-kira didengar dunia tentang diriku. Sejak hari itu, aku berupaya agar aku dilihat secara pribadi setiap hari. Aku hidup di mata masyarakat. Aku sering mengunjungi forum. Baik penjaga pintu maupun tidurku tidak menghalangi siapa pun untuk masuk ke rumah dan menemuiku. Saat aku tak ada pekerjaan pun, aku tidak pernah berpangku tangan, sehingga aku tak pernah mengenal apa yang disebut masa santai” (hal 25)

Sulit menulis review buku seperti ini, aku perlu waktu yang cukup lama untuk memutuskan apa yang harus kutuliskan. Sejauh ini rasanya inilah informasi yang bisa kubagikan mengenai salah satu buku politik yang menurutku paling mudah dibaca. Tentu saja terimakasih untuk terjemahan yang baik dari penerbit. Bintang empat untuk Tiro a.k.a Robert Harris, can’t wait to read Conspirata.

“No one can really claim to know politics properly until he has stayed up all night writing a speech for delivery the following day. While the world sleeps, the orator paces by lamplight, wondering what madness ever brought him to this occupation in the first place. Arguments are prepared and discarded. The exhausted mind ceases to have any coherent grip upon the purpose of the enterprise, so that often--usually an hour or two after midnight--there comes a point where failing to turn up, feigning illness, and hiding at home seem the only realistic options. And then, somehow, just as a panic and humiliation beckon, the parts cohere, and there it is: a speech. A second-rate orator now retires gratefully to bed. A Cicero stays up and commits it to memory.”

Submitted for:

Blogger Buku Indonesia July Read Along

Historical Reading Challenge host by Hobby Buku


2013 TBR Pile Challenge host by Roof Beam Reader

6 comments:

  1. suka bangeeeet sama imperium, cicero, robert harris :D jadi kan kita baca bareng conspirata bulan ini? yeaaay :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi dong mba..ayoo kita lanjutkan ke Conspirata..denger-denger dari mba fanda sih lebih sedih..duuhh takut nih Cicero kenapa-napa #apasehh

      Delete
  2. terusir dari Roma..

    ReplyDelete
  3. Conspirata tragis, lumayan memang menguras eneregi saat membaca buku ini, tapi asik

    ReplyDelete
    Replies
    1. yes...tinggal melanjutkan buku terakhirnya dari trilogi cicero

      Delete
  4. Suka bnget, karakter tokoh²nya digambarkan dgn sangat detail dgn berbagai keunikannya, tpi berapa th lalu bukuku ini hilang 😭 dimna aq bisa membelinya lgi ? Mohon infonya.

    ReplyDelete