Saturday, December 21, 2013

[Review] Skipping Christmas by John Grisham


Title: Skipping Christmas
Author: John Grisham
Publisher: Doubleday
Published: November 2001
Pages: 177p
ISBN: 0-385-50583-3
Bought at Brash Basah ($2.9)

John Grisham adalah salah satu penulis yang banyak menelurkan buku-buku fiksi berlatar politik hukum yang begitu banyak digemari. Sejak lama aku ingin berkenalan dengan buku-buku beliau, tetapi justru aku memulainya dengan sebuah buku yang tanpa embel-embel hukum sama sekali. Sebuah buku yang menurutku memiliki ide cerita aneh, unik tetapi touchy. Skipping Christmas adalah kisah menarik yang dibeberapa bagian menjengkelkan, lucu tetapi juga menyentuh.

Sejak awal, pembaca langsung diperkenalkan pada titik mula konflik. Luther dan Nora Krank melepas anak perempuan mereka, Blair, untuk menjalani 1 tahun di pedalaman Peru menolong masyarakat primitif disana. Dua puluh tiga tahun lamanya Blair selalu melewatkan Natal bersama-sama kedua orang tuanya, dan inilah pertama kalinya Luther dan Nora harus melewatkan Natal hanya berdua. Kepergian Blair pun menjadi titik hilangnya semangat mereka merayakan Natal. Luther bahkan berhasil menghitung kembali seluruh pengeluaran Natal tahun sebelumnya, dan mengutuk hal itu karena mendapati angka yang sangat besar yang menurutnya dihabiskan dengan percuma. Lalu munculah ide Skipping Christmas, toh Blair pun tak ada disamping mereka. Daripada mengeluarkan uang untuk Christmas, Luther mengajak Nora berlibur dengan kapal pesiar menuju Caribbean dan pantai-pantai lain selama 10 hari. Skipping Christmas berarti menolak semua hal yang biasanya menjadi kebiasaan mereka merayakan Natal, mulai dengan menolak tawaran untuk mengirim kartu Natal, tidak memasang pohon Natal, tidak menaikkan Frosty di atas rumah mereka, memberitahu teman-teman mereka bahwa tidak ada pesta Natal di rumah mereka, bahkan menolak ide charity for Christmas. Setiap hari mereka sibuk mengkhawatirkan Blair sambil menghindari seluruh tetangga yang menanggapi ide Skipping Christmas dengan mencibir. Hampir semua orang yang mendengar ide Skipping Christmas menghakimi mereka egois, ada yang menganggap mereka berbuat dosa, bahkan sampai memanggil reporter untuk mewawancarai mereka. Sikap semua orang ini membuat Luther dan Nora sedikit ketakutan, mereka seakan terkurung di dalam rumah mereka sendiri, kuatir jika keluar dan harus berhadapan dengan tetangga mereka atau lebih buruk lagi reporter.

Sampai dibagian itu aku berpikir, mengapa di Amerika, semua orang harus melakukan hal yang sama dalam merayakan Natal? Mengapa bersikap berbeda justru menjadi semacam dosa dalam masyarakat? Dalam sebuah surat kabar yang memuat ide Skipping Christmas setelah mendengarnya dari orang-orang di Hemlock, bahkan mengatakan bahwa mereka berdua Egois, dan hanya karena mereka tidak memasang Frosty diatap, menyebabkan Hemlock kalah dalam lomba hias jalan yang diadakan setiap tahun. Mengapa tetangga-tetangga mereka sangat mencampuri ide Skipping Christmas, bukankah itu hak mereka untuk melewatkan Natal dengan cara apapun? Ada beberapa sindiran disana sini yang dikemukakan oleh Grisham yang membuat beberapa bagian terasa lucu. Luther terlihat marah pada semua hal, joy and peaceful hilang dari Luther dan Nora. Dan lebih aneh lagi, secara tidak langsung, Luther seakan-akan membenarkan sikap semua orang bahwa ide Skipping Christmas memang aneh karena tanpa sadar ia terus menyakinkan dirinya sendiri bahwa ia sedang melakukan sesuatu yang brilian. Mengapa ia harus meyakinkan dirinya atas ide yang sejak awal berasal darinya? Hal ini membuktikan, Luther sebagaimana Nora yang sangat kehilangan Blair, mencari jalan lain untuk menghindari Natal yang menurut mereka tidak sempurna karena ketidakhadiran Blair. Inilah dasar masalahnya. Ide Skipping Christmas tidak salah jika dilewatkan dalam sebuah kapal pesiar menuju Carribean, tetapi menjadi salah ketika itu adalah sebuah pelarian seperti yang dilakukan Luther dan Nora.  

Keadaan tiba-tiba berubah ketika Blair menelpon dan mengatakan bahwa dirinya akan pulang (baru satu bulan sejak kepergiannya) bersama seorang tunangan yang baru saja bertemu dengannya di Peru. Dan lebih parah lagi, Blair berasumsi bahwa Christmas di rumahnya akan sama seperti tahun-tahun sebelumnya, karena itu tunangannya pun ingin menikmati Christmas di Amerika. Nora meyakinkan asumsi Blair dengan pasrah dan tanpa bertanya pada Luther. Keadaan pun kacau balau, tinggal beberapa jam sebelum pesta yang seharusnya ramai, namun tidak ada satu undangan pun, tidak ada Turkey, tidak ada Christmas Tree atau Frosty dengan lampu warna warni. Semuanya harus disiapkan dalam hitungan jam. Keadaan menjadi tegang, Nora berteriak kepada Luther, dan Luther seakan ingin tenggelam saja pada Cognac-nya di basement rumahnya untuk menghindari kekacauan itu, batal semua rencana dengan kapal pesiar, dan banyak pekerjaan yang harus dilakukannya sendirian selama beberapa jam yang tersisa. Harapan Luther dan Nora hanyalah mereka bisa survive melewatkan Christmas kali ini.

Aku suka ide cerita yang disampaikan Grisham, tidak seperti kisah-kisah natal pada umumnya, buku ini menyuguhkan hal baru yang menyoroti kebiasaan masyarakat di Amerika dalam menyambut Natal. Begitu banyak ornament yang disipakan untuk memeriahkan Natal sampai kadang-kadang tagihan di awal tahun menjadi beban yang sulit ditanggulangi. Grisham melalui sebuah surat Blair dari pedalaman Peru yang dialamatkan kepada orang tuanya, menyampaikan protesnya,

“I know It will be difficult not having me there for Christmas, but please don’t be sad. My children (mengacu ke anak-anak yang diajarinya) know nothing for Christmas. They have so little, and want so little; it makes me feel guilty for the mindless materialism of our culture” (hal 53)

Tidak hanya di Amerika, di Indonesia pun kebiasaan menyambut Natal membuat orang-orang rela mengantri di mal-mal demi mendapatkan baju atau sepatu baru, pesta-pesta diberbagai tempat, makanan dan minuman berlimpah, sampai-sampai tagihan kartu kredit membengkak di awal tahun. Bukankah hal itu menjadi sebuah habit yang buruk jika dilakukan berlebihan tanpa meresapi makna Natal itu sendiri?

Karakter Luther dalam buku ini terlepas dari ide Skipping Christmas yang dicetuskannya adalah seorang suami dan ayah yang patut dicontoh oleh semua pria didunia dalam hal meletakkan pride-nya untuk kebahagiaan keluarganya. Bayangkan saja seorang pria yang harus mengingkari semua perkataan dan sikap yang telah dibangunnya dan harus melakukan hal yang berlawanan, siap dicemooh orang, dan mengubur rasa malunya hanya karena ia berpikir, anak dan istrinya akan bahagia.

Selain semua hal yang sudah kusampaikan diatas, aku pun memahami hal lain diakhir buku ini. Aku memahami semua sikap tetangga-tetangga di Hemlock yang protes dengan ide Skipping Christmas. Wah rasanya pengen kubeberkan semuanya, tetapi itu adalah bagian yang pembaca harus temukan sendiri dalam kisah ini, bagian-bagian menyentuh ada di bagian akhir itu. Akhir kata (kayak lagi pidato aja), aku pernah diajarkan bahwa, hatimu adalah sumber kehidupanmu, apa yang ada dihatimu keluar lewat tutur kata dan perbuatanmu, masukkan semua hal yang baik ke hatimu dan kau akan menyaksikan hidupmu menjadi lebih baik. Bagimana memasukkan hal-hal yang baik kehatimu? Mulailah dengan menghitung semua berkat yang sudah Tuhan berikan daripada fokus pada hal-hal negatif yang justru akan membuat hatimu menjadi tawar. Coba praktekkan, setiap kali anda merasa kesal terhadap sesuatu yang mungkin membuatmu kecewa, stop memikirkan kekecewaan itu, dan coba mulai memikirkan hal-hal yang baik, semakin cepat anda berhasil fokus pada hal-hal baik itu, semakin cepat kekesalan anda hilang. Tuhan benar-benar meletakkan semua pilihan pada manusia, bahkan pilihan untuk merasa bahagia.

Set your mind with great things then you’ll be surprised that you are happy all the time”

2 comments:

  1. Yup benar mbak, aku pro si Luther pada awalnya, why do and act different than others consider as enemy ? Tapi uniknya justru penulis menggiring kita pada kelanjutan serta ending yang mengejutkan sekaligus membuka pandangan baru. Ngak nyangka ya buku setipis ini sarat dengan pesan-pesan moral yang dalam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa aku sampe suka banget nih sama buku ini...aku dpt banyak perspektif baru dari cerita ini

      Delete