Thursday, June 18, 2015

Notohamidjojo Library

I have always imagined that paradise will be a kind of library ~ Jorge Luis Borges

Tulisan kali ini bukan tentang resensi buku, tetapi saya mau sharing pengalaman saya jalan-jalan ke Perpustakaan Notohamidjojo di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Sebagai Alumni UKSW yang telah meninggalkan kampus ini hampir enam tahun yang lalu, saya akhirnya punya kesempatan untuk nostalgia ke Perpustakaan tujuh lantai ini, merasakan kembali nuansa ruangan yang dipenuhi jejeran buku, menghirup kembali aroma buku-buku tua khas sebuah perpustakaan, aroma yang hampir tiap hari saya hirup selama mengerjakan skripsi diakhir masa perkuliahan. Dengan bantuan seorang teman yang adalah pegawai Perpustakaan (bc : Nelfrits a.k.a Ito), saya berharap dapat tur singkat menjelajah ke sudut-sudut Perpustakaan yang mungkin sudah saya lupakan atau mengunjungi rak-rak buku koleksi terbaru yang bahkan belum saya ketahui. 

Memasuki lantai dua Perpustakaan yang adalah lantai dasar untuk penyimpanan buku, saya diajak mengunjungi Reference Section, berbelok diantara rak-rak buku, menatap setiap index Dewey yang menempel pada rak dan punggung buku, hingga berujung di sebuah sudut yang disinari cahaya matahari secara tidak langsung melalui kaca jendela Perpustakaan yang transparan dan disanalah berderet serangkaian Novel Klasik Hardcover Grolier Great Classic Vintage Edition 1968 dengan berbagai judul, mulai dari Jane Eyre (Charlotte Bronte), Wuthering Heights (Emily Bronte) yang adalah novel favorit saya, karya-karya Jane Austen, Moby Dick (Herman Melville), dua buku Homer, Iliad dan Odyssey, Pilgrim’s Progress (John Bunyan), A Tale of Two Cities (Charles Dickens), sampai poem yang pernah membuat saya pusing dan belum berhasil saya tamatkan, milik Dante, The Divine Comedy. Buku-buku itu dibalut Hardcover yang biasanya dikenal dengan sebutan buku Sexy oleh penggemar buku-buku bantal. Melihat rentetan harta terpendam itu, saya pun bertanya “sejak kapan koleksi klasik itu ada di Perpustakaan ini” dan teman saya dengan santai menjawab “sejak dulu sudah ada ditempatnya”, buku-buku tersebut masuk ke katalog perpustakaan sejak bulan februari 1986, disaat saya sendiri pun belum lahir. Saat itulah perasaan untuk menulis pengalaman ini muncul, untuk mengekspresikan rasa menyesal saya karena melewatkan begitu banyak waktu di kampus tanpa menyentuh buku-buku bantal itu. How come I never know that these super authentic classic collections ever exist in this place?