Monday, December 28, 2015

Wrap-Up Reading Activity 2015


Arriving at the 28th day of December means this wonderful year is really coming to an end. Grateful for everything happened throughout the year and looking forward for more surprises next year will give to me but most of all gratified for keeping my reading habit till the end of the year tho I couldn't manage to complete all the challenge I've been joined on early 2015. So I guess it is time to wrap up everything I've been doing and maybe make a wish for next year resolution. 

I only joined two reading challenges this year and I totally failed. It has been two years in a row I failed in all my reading challenges, so I guess I am not going to join any reading challenge next year, but as I only have read few of Indonesian Literature, I will give myself a chance to read up to 4 Indonesian Literature books, I have some title in mind but let me just pick it up when the time comes next year. 

So, happy holiday fellas, and may your shelve always overflow with books and your mind always has the best imagination from all the story you've read. 

Tuesday, December 15, 2015

[Review] The Magic String of Frankie Presto by Mitch Albom

Title: The Magic String of Frankie Presto
Author: Mitch Albom
Publisher: Harper Collins
Published: November 10, 2015
Pages: 512p
ISBN: 9780062294418
Bought at periplus.com

“Everyone joins a band in this life. You are born into your first one. Your mother plays the lead. She shares the stage with your father and siblings or perhaps your father is absent, an empty stool under a spotlight. But he is still a founding member, and if he surfaces one day, you will have to make a room for him. As life goes on, you will join other bands, some through friendship, some through romance, some through neighbourhoods, school and army. Maybe you will all dress the same, or laugh at your own private vocabulary. Maybe you will flop on couches backstage, or share a boardroom table, or crowd around a gallery inside a ship. But in each band you join, you will play a distinct part, and it will affect you as much as you affect it– p19

Musik menceritakan kisah ini. Musik memberikan dirinya kepada Frankie Presto dan melihat perkembangan dirinya lewat hidup Frankie Presto. Albom tidak pernah jauh-jauh dari kematian, seperti bukunya yang lain, Albom pun berangkat dari kematian. Frankie Presto meninggal diawal buku, lalu Albom, lewat kata-kata Musik membawa pembaca menyimak perjalanan hidup Frankie Presto, sejak ia dilahirkan sampai ia mencapai usia tua, maju dan mundur, pembaca perlu mengikuti plot yang dibangun oleh Albom. Fransisco Tarrega dan karyanya Lagrima menjadi perkenalan pertama Frankie Presto dengan musik meskipun ia belum bisa mengingat setiap melodinya. Carmencita humming Lagrima disela-sela napas terakhirnya ketika melahirkan Frankie Presto didalam tekanan Gereja yang sedang dibakar dan disaksikan oleh seorang suster yang kemudian ia percayai untuk menjaga anaknya.

Wednesday, December 2, 2015

[Review] The Life and Adventures of Santa Claus by L. Frank Baum

Title: The Life and Adventure of Santa Claus
Author: L. Frank Baum
Publisher: Gramedia Pustaka Utama (Indonesian translation)
Published: December 2014
Pages: 152p
ISBN: 9786020311289

“Masa kanak-kanak memang masa yang paling menyenangkan. Selama tahun-tahun menyenangkan yang penuh keluguan inilah, anak-anak benar-benar bebas dari beban [....] Mereka menikmati hidup dan tidak berpikir macam-macam. Tetapi setelah mereka dewasa, nasib manusia menyusul mereka, dan mereka mendapati bahwa mereka harus bekerja dan merasa cemas, membanting tulang dan bersusah payah untuk mengumpulkan kekayaan yang begitu didambakan manusia”

Pernakah kalian mendengar tentang Hutan Burzee dan para penghuninya yaitu Fairie, Knook, Ryl dan Nymph? Ahhhh Mr. Baum membuka buku ini dengan menuturkan tentang magical creature dan gambaran tentang betapa nyamannya hutan tempat mereka hidup. Suatu cara penggambaran yang indah untuk membuka cerita tentang seorang pria yang nantinya akan hidup di hutan itu dan bertahun-tahun kemudian namanya dikenal di seluruh penjuru dunia. Magical creature yang aku sebutkan diatas, oleh Mr. Baum digolongkan sebagai mahluk abadi yang tidak hanya tinggal di hutan burzee tetapi juga tersebar di seluruh penjuru dunia. Ada Ak, si Tukang Kayu yang bijak, penguasa seluruh hutan serta kebun-kebun bunga dan buah, Kern penguasa pertanian dunia yang berkuasa atas ladang-ladang, padang-padang rumput, taman-taman, dan Bo penguasa perairan dunia yang menguasai seluruh lautan serta berbagai kendaraan yang mengapung diatasnya, serta banyak mahluk lainnya yang terlalu banyak untuk disebutkan satu demi satu. Singkat cerita, suatu hari Ak bercerita kepada penghuni hutan burzee tentang bayi yang ditinggalkan di tepi hutan dan sedang dijaga oleh Shiegra, singa betina yang diperintahkan Ak untuk menjaga bayi itu. Sambil Ak bercerita, salah satu peri bernama Necile pergi dan mengambil bayi itu, mengendongnya dan membawanya kembali ke tengah hutan tempat mereka sedang berkumpul. Necile memohon kepada Ak dan sang Ratu Peri untuk menginjinkannya merawat bayi itu. Adapun aturan mahluk abadi adalah tidak mencampuri urusan mahluk fana, apalagi hidup berdampingan seperti ibu dan anak, tetapi kebaikan hati Necile menggugah hati setiap mereka yang hadir termasuk Ratu dan Ak, sehingga mereka pun mengabulkan permintaannya untuk menjadi ibu angkat si bayi kecil. Ak pun memerintahkan seluruh penghuni hutan burzee, baik itu mahluk abadi maupun hewan manapun untuk bersahabat dengan si bayi kecil. Necile menamai dia Neclaus yang berarti putra kecil Necile, tetapi sehari-harinya dia disapa dengan sebutan Claus. Demikianlah Claus memulai persahabatannya dengan para mahluk Abadi.

[Review] Cantik itu Luka by Eka Kurniawan

Title: Cantik itu Luka (Beauty is a Wound)
Author: Eka Kurniawan
Publisher: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Published: Januari 2015
Pages: 496p
ISBN: 9786020312583

Telah dua puluh tahun berlalu sejak kematiannya, ketika Dewi Ayu bangkit dari kuburnya dan berjalan kembali menuju rumah yang dahulu dihuninya bersama Roshina, tempat dimana ia meninggalkan anak terakhirnya yang ia tinggal mati atas kehendaknya sendiri. Dewi Ayu memang menginginkan kematian, sampai-sampai ia sengaja berbaring terlentang berbalutkan kain kafan untuk menunggu waktu kematiannya, dan sepertinya pemilik alam semesta mengabulkan keinginannya dihari ke dua belas saat ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dewi Ayu punya kehidupan yang kusebut ajaib di Halimunda, desa tempat Ia dilahirkan dari ayah belanda dan ibu campuran indonesia, yang notabene adalah saudara seayah yang saling jatuh cinta dan melahirkan Dewi Ayu. Dewi Ayu tak pernah meninggalkan Halimunda, bahkan setelah Jepang datang dan memaksa seluruh keluarga Belanda dan keturunannya untuk pulang ke negeri mereka sendiri. Dewi Ayu sangat cantik, banyak pria yang berahi melihatnya, mereka menginginkan satu malam bercinta dengannya dan melakukan apapun yang pernah mereka bayangkan. Didesak oleh keadaan sebagai tahanan, diusia yang masih relatif muda, Dewi Ayu terpaksa menjalani hidup sebagai pelacur di rumah Mama Kalong, bekerja melayani tentara Jepang memenuhi kebutuhan badaniah mereka. Sebagai seorang pelacur, Dewi Ayu sangat terkenal dan merupakan yang paling mahal di Halimunda. Berhubungan badan dengan begitu banyak orang, Dewi Ayu melahirkan putri-putri yang tak pernah tahu siapa ayah mereka. Ketiga putri Dewi Ayu pun mewarisi kecantikan ibunya yang sejak dini sudah terlihat dan banyak orang menantikan mereka bertumbuh menjadi gadis sempurna yang siap untuk ditiduri. Dewi Ayu cukup kesal melihat kehidupan ketiga putrinya yang selalu bersinggungan dengan lelaki, menggoda mereka, bahkan membuat pria-pria patah hati dengan sengaja, Ia tahu kecantikan mereka suatu saat akan berakibat buruk bagi mereka sendiri. Sehingga ketika ia tahu kalau ia mengandung anak keempat, Ia berdoa supaya anak dalam kandungannya diberikan wajah yang sangat jelek. Ia membayangkan hidung seperti colokan listrik, telinga serupa panci, kulit hitam legam seperti arang sisa bakaran dan itulah yang terjadi ketika ia melahirkan putri keempatnya, dua belas hari sebelum ia meninggal. Anak terakhirnya itu diberi nama Cantik.

[Review] "Cerita Detektif tanpa Detektif" [And Then There Were None by Agatha Christie]

Title: And then there were none
Author: Agatha Christie
Publisher: Harper Collins
Published: March 2003
Pages: 317p
ISBN:  9780007136834

Ten Little Soldier Boys went out to dine; One chocked his little self and then there were nine.
Nine Little Soldier Boys stayed up very late; One overslept himself and then there were eight.
Eight Little Soldier Boys travelling in Devon; One said he’d stay there and then there were seven.
Seven Little Soldier Boys chopping up sticks; One chopped himself in halves and then there were six.
Six Little Soldier Boys playing with a hive; A bumblebee stung one and then there were five.
Five Little Soldier Boys going in for law;  One got in Chancery and then there were four.
Four Little Soldier Boys going out to sea; A red herring swallowed one and then there were three.
Three Little Soldier Boys walking in the zoo; A big bear hugged one and then there were two.
Two Little Soldier Boys sitting in the sun; One got frizzled up and then there was one.
One Little Soldier Boy left all alone; He went and hanged himself and then there were none.

Sepuluh orang asing menerima undangan dari seorang tuan rumah yang mengklaim dirinya sebagai pemilik Soldier Island, dan mengharapkan sepuluh orang ini untuk datang dengan tujuan yang berbeda-beda. Tepat pada harinya, mereka tiba di Soldier Island, namun alih-alih menemukan tuan rumah, mereka hanya bertemu dengan dua orang pelayan yang juga tak pernah bertemu dengan tuan rumah yang sebenarnya. Soldier Island terisolasi dari kota dimana semua orang tinggal dan perlu perahu serta laut yang tenang untuk bisa bolak-balik dari pulau itu ke kota terdekat. Awalnya mereka menikmati rumah dan pulau yang terasa seperti milik sendiri, tetapi ketika malam tiba dan orang pertama mati didepan mereka, barulah mereka sadar kalau mereka tidak sedang berlibur, tetapi justru sedang berada dalam bahaya besar yang kapan saja bisa mengambil nyawa mereka. Sajak yang ada dibagian awal review ini tergantung di kamar setiap orang dan membaca sajak ini serta menyaksikan kematian demi kematian, mereka sadar kalau hidup mereka sedang dipermainkan selayaknya bunyi sajak tersebut. Namun akankah sajak itu berhasil dibunyikan dengan sempurna dalam kehidupan nyata di Soldier Island?